Tunarungu

Tunarungu yakni perumpamaan umum yang digunakan untuk menyebut keadaan seseorang yang mengalami gangguan dalam indra pendengaran. Pada anak tunarungu, dikala ia lahir beliau tidak mampu menangis. Meskipun memakai cara ada sekalipun, misalkan budbahasa Jawa ialah dengan cara digeblek atau si bayi dibuat keget semoga menangis.


Pada anak tunarungu, tidak cuma gangguan indera pendengaran saja yang menjadi kekurangannya. Sebagaimana kita semua tahu, kemampuan berbicara seseorang juga dipengaruhi seberapa sering dia mendengarkan obrolan. Namun, pada anak tunarungu tidak bisa menyimak apa pun sehingga beliau sukar mengerrti percakapan yang dibicarakan orang. Dengan kata lain, ia pun akan mengalami kesulitan di dalam mengatakan.


Agar mampu terus berkomunikasi dengan orang lain, penderita tunarungu ini harus menggunakan bahasa aba-aba. Sama mirip anak wajar lainnya, anak tunarungu juga mempunyai kelebihan dan bakat yang kalau digali bisa membuat mereka sukses.


Adapun ciri-ciri tunarungu yakni sebagai berikut:


  • Kemampuan bahasanya telat;
  • Tidak bisa mendengar;
  • Lebih sering memakai instruksi dalam berkomunikasi;
  • Ucapan kata yang diucapkan tidak begitu terperinci;
  • Kurang/tidak merespon komuniasi yang dijalankan oleh orang lain terhadapnya;
  • Sering memiringkan kepala jikalau disuruh mendengar;
  • Keluar jerawat dari kedua telinga; dan
  • Terdapat kelainan organis telinga.

Menurut beberapa ahli, tunarungu mampu disebabkan oleh enak aspek: (1) keturunan; (2) penyakit bawaan dari pihak ibu; (3) komplikasi selama kehamilan dan kelahiran; (4) radang selaput otak (meningitis); (5) otitis media (radang pada telinga); dan (6) penyakit anak berbentukradang atau luka-luka. Namun, penyebab keturunarunguan paling banyak adalah keturunan dari pihak ibu dan komplikasi selama kehamilan.


a. Faktor Internal


  • Faktor keturunan dari salah satu atau kedua orangtua yang mengalami tunarungu;
  • Penyakit campak Jerman (Rubella) yang diderita ibu yang sedang mengandung; dan
  • Keracunan darah atau Toxaminia yang diderita ibu yang sedang mengandung.


b. Faktor Eksternal


  • Anak mengalami jerawat saat melahirkan. Misalnya anak tertular herpes impleks yang menyerang alat kelamin ibu;
  • Meningitis atau radang selaput otak yang disebabkan oleh kuman yang menyerang labyrinth (indera pendengaran dalam) lewat sistem sel-sel udara pada indera pendengaran tengah; dan
  • Radang telinga bab tengah (otitis media) pada anak. Radang ini mengeluarkan bisul, yang menggumpal dan mengusik hantaran bunyi.







Sumber: Smart A. (2010). Anak cacat bukan kiamat: metode pembelajaran & terapi untuk anak berkebutuhan khusus. Yogyakarta: Katahati. (Hal. 34-35)
LihatTutupKomentar