Home Program Dilaksanakan Berdasarkan Kurikulum Tertentu

Materi home program tergantung pada kondisi anak autis yang menjalankannya, tidak mirip kurikulum di sekolah. Biasanya, kita menetapkan target acara. Target ini disesuaikan dengan kemajuan anak wajar , contohnya anak autis yang berusia delapan bulan belum mencapai kesanggupan anak seusianya maka targetnya ialah semoga anak mempunyai kesanggupan yang serupa dengan anak seusianya, seperti kesanggupan motorik halusnya dimasak kembali dan kemampuan bicaranya dilatih.

Setiap anak punya bahan home acara sendiri. Materinya dibentuk secara secara tiba-tiba masalah per kasus. Metode home acara bisa mengacu pada sistem terapi, seperti invaas, sonrise, dan snoozle. Namun, dalam aplikasinya harus ada adaptasi yang tepat dengan anak.

Hal yang juga mesti diketahi orangtua yaitu satu metode tidak bisa dipakai untuk semua anak. Pada prinsipnya tidak ada anak autis yang sama sebab mereka unik dan mereka bukan robot. Mestinya, tata cara disesuaikan dengan anak, bukan sebaliknya.

Selain itu, home acara mesti selalu dijalankan di bawah pemantauan andal medis. Jika memungkinkan, pelaksanaannya dipantau setiap bulan, atau minimun tiga bulan sekali. Jangan hingga anak autis diterapi selama satu tahun tanpa pemantauan sama sekali. Melalui pemantauan berkala, jago medis bisa memberi masukan pada orangtua, contohnya sesudah satu tahun dipantau tidak ada atau sedikit sekali kemajuan, mahir medis mampu menawarkan bahan acara yang berlainan atau mungkin terapinya mesti diganti karena tidak sesuai lagi. Materi acara juga mesti berubah-ubah sesuai kemajuan umur dan keadaan bilogis anak. Materi program anak berumur tujuh bulan berbeda dengan anak yang berumur satu atau dua tahun alasannya umur tujuh bulan belum berjalan.

Pemantauan dilakukan oleh mahir medis yang mengatasi anak autis semenjak permulaan, mirip dokter seorang ahli anak atau psikiatri anak. Biasanya, mereka miliki tim yang terdiri dari sejumlah terapis atau pekerja sosial. Hal ini menjadi hambatan bila di daerah daerah tinggal tidak ada hebat medis. Saat ini, jumlah psikiatri anak di Indonesia minim, sedangkan jumlah dokter spesialis anak ribuan. Kaprikornus, mereka lebih mungkin menjadi ujung tombak penanganan anak autis.

Harus diakui, akomodasi untuk terapi anak autis di Indonesia yang bermutu masih terbatas. Orangtua mesti hati-hati memilih pusat terapis bagi anak. Ini alasannya adalah tidak semua pusat terapis cukup baik. Bahkan, ada yang melanggar aba-aba etik karena mematok tarif sangatlah mahal sampai puluhan juga rupiah per acara. Selain itu, lihat juga latar belakang terapisnya sebab ada pusat terapis yang memperkerjakan bukan terapis bekerjsama, namun guru TK, orangtua, atau sarjana kimia.

Di indonesia belum ada batas-batas siapa yang boleh menjadi terapis. Selain itu, belum ada pengawasan profesional yang mencukupi. Orangtua harus mengetahi hal ini.





Sumber: Danuatmaja B. (2003). Terapi anak autis di rumah. Jakarta: Puspa Swara, Anggota Ikapi. (Hal. 20-21)).
LihatTutupKomentar