korelasi dosis respon yaitu menggunakan LD50. Istilah LD50 pertama kali diperkenalkan sebagai indeks oleh Trevan pada tahun 1927. Pengertian LD50 secara statistik merupakan takaran tunggal derivat suatu materi tertentu pada uji toksisitas yang pada kondisi tertentu pula mampu menimbulkan maut 50% dari populasi uji (hewan percobaan).
Sebagai contoh: Ditemukan sebuah senyawa kimia baru dan untuk mengetahi efek toksikannya dipakai LD50. Jumlah binatang percobaan paling sedikit 10 ekor untuk tiap takaran dengan rentang takaran yang masuk paling sedikit 3 (dari 0-100 satuan). Hubungan takaran dan respon dituangkan dalam bentuk kurva di mana kurvanya telah tipikal sigmund (Gambar 4.1). Kurva tersebut diperoleh dengan jalan memplot respon terhadap dosis.
Semakin banyak jumlah binatang uji dan rentang dosisnya, kurva sigmoid akan lebih teramati. Dosis yang paling rendah (6 mg/kg) mengakibatkan akhir hayat binatang uji sebesar 1%. Kurva sigmoid distribusi wajar seperti ini memberikan tanggapan0% pada takaran yang rendah dan tanggapansebesar 100% pada takaran yang meningkat namun respon tersebut tidak akan melebihi rentang 0-100%. Bagaimanapun juga setiap bahan kimia memiliki threshold dose yang tidak sama. Threshold dose ialah sebuah takaran sekurang-kurangnyayang ialah takaran efektif di mana dengan dosis yang sekurang-kurangnyatersebut individu telah mampu menawarkan atau memperlihatkan responnya, sehingga untuk tiap individu threshold dose ini pun berlawanan.
Data yang dipakai untuk menciptakan grafik pada gambar 4.1 dan 4.2 digunakan kembali untuk menggambar grafik pada gambar 4.3 sehingga diperoleh grafik garis luruh selaku hasil dari korelasi unit probit dengan mortalitas. Pada grafik tersebut LD50 mampu dilihat dengan cara menawan garis horizontal pada unit probit 5 ke arah garis dosis, perpotongan antara garis vertikal dan garis horizontal menawarkan titik LD50 yang terletak di dekat titik konferensi garis vertikal dan horizontal pada garis LD50 dan untuk nilai takaran yang ekstrim (baik dosis yang rendah maupun yang tinggi) berbada jauh dari titik tersebut.
Selain itu grafik kekerabatan takaran-tanggapandengan LD50 dapat juga dipakai untuk membandingkan derajat toksisitas suatu materi. Pada gambar 4..4 ditunjukkan grafik hubungan dosis-tanggapan2 senyawa. Grafik senyawa A ditunjukkan bahwa dibutuhkan perubahan dosis yang besar sebelum terjadi pergeseran respon yang signifikan sedangkan pada grafik senyawa B ditunjukan bahwa pergeseran dosis yang relatif kecil menyebabkan perubahan tanggapanyang besar. Pada peristiwa ini nilai LD50 untuk kedua senyawa yakni sama yakni 8 mg/kg tetapi dengan kemiringan berlainan. Pemberian senyawa B pada binatang uji dengan dosis setengah takaran LD50 (4 mg/kg) mengakibatkan ajal sebesar ≤ 1% sedangkan pada senyawa A menimbulkan maut sebesar 20%.
Dari grafik ini mampu dilihat bahwa senyawa B lebih toksik daripada senyawa A sebab dengn penambahan takaran sebanyak 4 mg/kg hewan uji yang mati pada senyawa B sebanyak 49% sedankan pada sneyawa A maut binatang uji cuma sebesar 30% atau dengan kata lain senyawa B untuk mencapai dosis LD50 cuma membutuhkan penambahan takaran sebesar 4 mg/kg sedangkan untuk senyawa A untuk mencapai takaran LD50 memerlukan penambahan takaran sebesar 6 mg/kg.
Sumber: Mukono H. J. (2005). Toksikologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press. (Hal 33-34)