Pedofilia
- Adalah kelainan seks dengan melakukan seksual untuk menyanggupi hasratnya dengan cara meniduri (pencabulan) anak – anak di anak-anak. Hal ini dikerjakan oleh orang cukup umur (16 tahun ke atas) kepada anak – anak secara seksual belum matang (biasanya di bawah 13 tahun). Hamper semua yang mengalami gangguan ini yakni pria. Untuk menarik perhatian anak, penderita berperilaku laku baik contohnya sungguh demawan ada juga yang berperilaku kasar dan mengancam.
Umumnya penderita pedopilia yakni orang yang takut gagal dalam bekerjasama secara wajar utamanya menyangkut korelasi seks dengan perempuan yang terlatih. Akibatnya beliau mengalihkan pada anak – anak alasannya kepolosan anak tidak mengancam harga dirinya.
Exibionisme
Adalah dorongan untuk mendapatkan stimulasi dan kepuasan seksual untuk membangkitkan fantasi – fantasi dengan menunjukkan alat genital kepada orang yang tidak diketahui . Gangguan ini tidak berbahaya bagi si korban. Penderita gangguan ini ialah pria dan korbannya ialah perempuan (Anak – anak maupun sampaumur).
Para jago mengatakan penderita gangguan ini biasanya mengalami gangguan jelek pada pasangan seksnya. Mereka tak yakin diri dalam hal seksualnya dengan seorang pria, penyebabnya pengalaman pada era kemajuan anak – anak. Pada kurun anak beliau memperlihatkan alat kelaminnya dan korban merasa excited (terkejut, takut, malu dan jijik) maka si penderita merasa itu ialah suatu kebanggaan dan kejantanan baginya. menurut teori psikoanalisa, gangguan ini ialah cara untuk menolak cemas kastrasi yang berasal dari tahap odipal, di mana pada tahap ini penderita mengalami fiksasi.
Voyeurisme
Berasal dari bahasa Prancis adalah kata “Voir” artinya menyaksikan, adalah untuk mendapatkan kepuasan dengan cara melihar organ seks orang lain atau orang yang sedang melakukan aktivitas seksual, yang tidak menyadari seseorang sedang diintip (bahasa harian peeping tom). Pada gangguan ini penderita memiliki impian yang sunggih – sungguh dan berulang untuk melihar orang yang tidak menyadari keberadaannya (mengintip). Gangguan ini mempunyai dua ciri adalah mengintip ialah kegiatan utama yang disukai dan korban tidak mengetahui.
Menurut psikodinamika terbaru gangguan ini didorong oleh cemas terhadap kemampuan dalam berafiliasi dengan perempuan dan ialah usaha untuk mengkonpensasi rasa malu. Adler menginterpretasikan gangguan ini selaku fungsi rasa malu individu dalam menyelesaikan masalah seksualitasnya. Teori berguru sosial mengatakan bahwa gangguan iniberkembang akibat kurangnya seks individu.
Bagi orang remaja wajar relasi seks mencakup segala aktivitas yang mampu mengakibatkan gairah seks (misalnya melihat organ seks pasangan) sampai kegiatan senggama itu sendiri, sedangkan pada penderita ini cuma memusatkan pada “’menyaksikan” selaku satu – satunya cara untuk menemukan kepuasan seksual. Umumnya penderita berasala dari keluarga yang puritan (tabu) kepada seks.
Sadomasokis
Istilah sadism berasal dari Marquis de Sade seorang penulis pada kala ke – 18, ia menggambarkan seorang tokoh yang mendapatkan kepuasan seks dengan menyiksa pasangannya secara kejam, sadism seksual yakni kepuasan seksual diperoleh dari aktivitas atau dorongan menyakiti pasangan baik secara fisik (menendang, memperkosa, dan menghantam) maupun psikis (mencibir, memaki – maki), penderitaan korban inilah yang bisa menjadikannya merasa berangasan dan puas.
Orang ini menjadi bangga melihat atau berimajinasi tentang kesakitan orang lain, penyebabnya pada kehidupan, mula – mula eksekusi dan disiplin banyak berperan. Psikoanalisa memandang gangguan ini selaku cara untuk menurunkan kecemasan dalam mencari kepuasan seksual pada era anak – anak.
Masokhisme
Istilah masokhisme diambil dari nama novelis Leopold Von Sacher masoch, yang seorang novelnya yang meraih kepuasan seksual jikalau diperlakukan secara sadis, gangguan ini mempunyai ciri menerima kegairahan dan kepuasan seksual yang didapat dari perangsangan dengan cara diperlakukan secara kejam baik secara fisik maupn psikis. Perlakuan kejam bisa dikerjakan sendiri atau dijalankan oleh pasangan. Penyembuhan ini dengan cara terapi perorangan dan golongan menurut prinsip behavior conditioning.
Fetisisme
Ciri utama gangguan ini yakni penderita memakai benda selaku cara untuk menjadikan gairah atau kepuasan seksual, benda yang umum dipakai yaitu benda aksesoris milik perempuan contohnya pakaian dalam wanita, sepatu, kaus kaki dan lain – lain. Fetis mengandung tingkah laku mirip kompulsif. Pengalaman pada kehidupan mula - mula menciptakan hubungan antara gelora seksual dan objek fetis.
Transvestisme
Gangguan ini hanya terjadi pada laki – laki yang perilakunya seperti wanita, gambaran terutama adalah penderita mendapatkan gairah atau kepuasan seksual jika dia berpakaian seperti musuh jenisnya, dikala sedang berpakaian seperti wanita, penderita melakukan masturbasi lalu sambil membayangkan seorang laki – laki terpesona pada dirinya sebagai seorang wanita. Gangguanini memiliki sifat kompulsif, menggunakan banyak emosional.
Permulaan gangguan ini pada abad anak atau adolesensi pada umumnya tidak mencari sumbangan, lain mirip depresi perlakuannya yaitu tata cara behavior seperti conditioning aversif, sensitisasi tertutup. Karena close dressing selalu mempunyai tujuan meminimalkan kecemasan,masa terapis mendorong klien menjadi insight ke dalam stres – stres yang menjadi penyebab tingkah laku tersebut melalui perilaku terapi tradisional.
Zofilia
Gangguani ini juga disebut dengan bestiality, ciri terutama ialah pederita mendapatkan gairah atau kepuasan seksual dengan cara melakukan aktivitas seksual dengan hewan (melalui anus atau vagina hewan, atau “memerintahkan” binatang memanipulasi alat genitalnya).
Eroterisme
Ciri utama gangguan ini yaitu dorongan untuk menjamah, meremas – remas dan menggesek – gesekkan organ seks terhadap orag tak dikenal, penderita umumnya senang berada di daerah yang sarat sesak di mana ia mampu melarikan diri dengan gampang, biasanya yang menjadi korban adalah perempuan yang sangat mempesona dengan busana yangsangat ketat. Ketika sedang melakukan aksinya penderita berfantasi sedang melakukan kekerabatan yang menyenangkan dengan si korban. Korban umumnya tidak protes alasannya adalah dia tidak mengira akan terjadi langkah-langkah seksual seperti itu ditempat umum. Hal ini didapat dari pengalaman lampau yang selalu menerima penguat. Perlakuannya yaitu conditioning tertutup.
Homoseksual
Dalam DSM – III R, homoseksual ialah penderita menentukan pasangan seksual yang sama jenis dengan dirinya adalah pria dengan pria dan wanita dengan perempuan (Lesbian)
Sumber: PSIKIATRI ISLAM. Tristiadi Ardi Ardani. (Hal 234 – 238)