Pelaksanaan Terapi Perilaku

- Terapi perilaku mempelajari cara seorang individu bereaksi kepada suatu rangsangan, konsekuensi yang terjadi selaku reaksi spesifik tersebut, dan bagaimana konsekuensi tersebut mensugesti insiden yang akan tiba. Terapi sikap (behavior therapy) ialah suaatu tata cara untuk membangun kemampuan yang secara sosial berguna dan meminimalkan atau menetralisir hal-hal kebalikannya yang merupakan masalah. 


Metode ini mampu melatih setiap keahlian yang tidak dimiliki anak, mulai dari tanggapansederhana, misalnya menatap orang lain atau kontak mata, hingga keterampilan kompleks, contohnya komunikasi spontan dan interaksi sosial. Metode ini diajarkan secara sistematik, terencana dan terukur. Dimulai dengan tata cara one on one (satu guru satu murid), dengan menawarkan arahan spesifik yang singkat, terang, dan konsisten. Biasanya, dibutuhkan sebuah prompt (bimbingan, versi, dukungan, dan kode) di permulaan terapi. Respon yang benar, dengan atau tanpa prompt, akan diberikan imbalan. 

Latihan dijalankan berulang-ulang sampai anak berespon sendiri tanpa prompt. Respon anak dicacat dan dievaluasi sesuati persyaratan yang sudah dibuat. Respon sederhana secara sistematik dibangun menjadi tanggapanyang kompleks, berkombinasi, dan bervariasi sesuai umur anak 

Selanjutnya, dijalankan ekspansi dan generalisasi kepada kesanggupan dan keterampialn yang sudah dikuasai pada situasi yang kurang terstruktur, contohnya kesempatan yang insidental atau “alamiah”. Secara sedikit demi sedikit, dialihkan dari isyarat satu guru-satu murid ke golongan kecil kemudian golongan besar. 

Terapi sikap juga bermaksud mengajaran anak bagaimana mencar ilmu dari lingkungan wajar , bagaimana berespon terhadap lingkungan, dan mengajarkan perilaku yang sesuai supaya anak mampu membedakan banyak sekali hal tertentu dari banyak sekali macam rangasangan. Jadi, yang paling penting ada-lah mengajarkan anak mencar ilmu untuk mencar ilmu. 









Sumber: Danuatmaja B. (2003). Terapi anak autis di rumah. Jakarta: Puspa Swara, Anggota Ikapi. (Hal. 28-29)
LihatTutupKomentar