Prinsip Pelaksanaan Terapi Sikap

Upaya untuk meraih kebersihan terapi sikap, membutuhkan banyak waktu, tenaga, usaha, dan biaya. Prinsip awalnya, pertama adalah meningkatkan kemampuan reseptif atau kognitif (pemahaman) anak autis. Dimulai dengan jumlah latihan yang sedikit untuk beberapa minggu pertama. Cara ini akan membantu Anda menjadi terapil pada tata cara pengajaran dan menolong anak sudah biasa pada kegiatan teratur. 

Secara lazim, program permulaan meliputi program kesiapan mencar ilmu (misalnya berespon terhadap nama), program bahasa reseptif (contohnya mengikuti perintah satu tahap), program memalsukan (contohnya menjiplak gerakan motorik bergairah), acara bahasa ekspresif (misalnya menunjuk benda-benda yang dikehendaki), dan tugas menyamakan (misalnya menyamakan benda-benda yang identik). Ketika anak mengalami pertumbuhan, tambahkan acara gres. 

Ajarkan secara sedikit demi sedikit keahlian seperti anak lain pada umumnya, misalnya menirukan gerakan motorik kasar. Tahap ini bukan sekedar mengajarkan anak agar dapat menggandakan banyak sekali macam gerakan, terapi biar anak lebih mengetahui “rancangan tiru”. Setelah anak memahami desain tiru barulah diperluas ke bidang lain, contohnya kode menirukan karakter (a, I, u, e, dan o) atau karakter mati, suku kata (ba, bi, bu,pa, pi dan pu), kemudian kata-kata (ibu, bapak, dan adik), dan kalimat-kalimat dan acara lain, mirip menceritakan kembali dan berbalas informasi. Selain itu, konssep tiru sungguh berguna untuk mengembangkan kemampuan anak dalam menggandakan lingkungan seperti anak-anak yang lain. 

Langkah awal untuk memutuskan apa yang mesti diajarkan ialah menghimpun berita tentang anak. Setelah itu, identifikasi 15-20 kegiatan yang dituju selama 3-6 bulan berikut. Jumlah total dibatasi sehingga setiap perintah uji-coba diulang-ulang. 

Mulailah dengan menawarkan 3-5 acara yang telah dikumpulkan. Selanjutnya, scara bertahap tambahkan aktivitas lainnya dikala anak mampu menerima jam mencar ilmu lebih panjang atau sering. Bidang ketermpilan yang utama adalah kesiapan belajar, pertumbuhan bahasa dan kognitif (pengertian), keterampilan motorik berangasan dan halus, bermain, sosialisasi, perilaku adaptif, dan bantu diri. Sebaliknya, acara arahan permulaan melibatkan anak bisa melaksanakannya. 

Kurikulum sebaliknya bergerak linear, dari kesiapan mencar ilmu, contohnya menyelesaian diri dengan pengajar, mengikuti perintah, tetapi duduk di kursi, dan menggandakan gerakan motorik kasar, hingga pada pengembangan dini keahlian bahasa dan kognitif. Kurikulum juga ditujukan pada bidang-bidang yang menghalangi kesanggupan anak mencar ilmu. Latihan ditujukan pada semua bidang keahlian, dengan dsisipi hal-hal lain, misalnya latihan perbendaharaan kata yang bisa digabungkan dengan kurikulum bermain, 

Umumnya, hari pertama latihan, anak akan melawan dengan mencoba meninggalkan ruangan, menangis, mengamuk, dan mungkin memperlihatkan agresivitas, bahkan melukai diri. Anda dapat menangkal atau meminiumkannya dengan mengikuti beberapa petunjuk sederhana berikut. 

· Buatlah jam berguru yang mengasyikkan dan pertahankan. Berikan pujian yang konstan untuk tetap tinggal di dingklik dan selingi dengan bermain. Mulailah dengan jam berguru yang sungguh singkat (5-10 menit), dan istirahat dengan waktu sama panjang. Awalnya, selama istirahat biarkan anak mengerjakan apa saja yang mereka kehendaki. Namun, nantinya waktu istirahat ini pun menjadi bab latihan dengan sejumlah kode. 

· Pilih kamar yang sunyi untuk kode yang bebas dari gangguan (pengalihan perhatian). Sediakan tiga dingklik ukuran anak (untuk anak, guru, dan tangan kanan), sebuah meja untuk bahan-bahan kode dan imbalan. Jaga bahan-bahan di luar jangkauan anak. Siapkan rencana belajar yang berafiliasi dengan peran yang diajarkan dan lembar penilaian untuk memonitor perkembangan. Masukan berkas-berkas dalam map khusus dengan pembatas berlabel untuk setiap bidang program, misalnya bahasa, bantu diri, dan kesiapan berguru. 

· Tekanan keterampilan, seperti tetap di kursi dan mengikuti perintah sederhana. Hindarkan peran yang melibatkan bahan-materi yang gampang patah, dilempar, atau digunakan secara tidak sesuai. 

· Hindarkan memakai bahan atau imbalan yang susah diberikan dan diambil lagi. Benda-benda yang sering anak mainkan mungkin cocok sebagai imbalannya. Namun, anak bisa berespon dramatis kalau benda tersebut dipindahkan atau “dikuasai” Anda. Jika imbalan yang dipilih mengganggu latihan dibanding memotivasi anak merespon, singkirkan benda tersebut, paling tidak selama jam perlajaran. 

· Mulailah setiap waktu belajar dengan menaruh dua kursi berhadap-hadapan, untuk anak dan terapis. Duduklah rapat-rapat dengan tungkai anak berada di tungkai Anda. Perlu juga merangkum tungkai Anda pada dingklik anak untuk mencegahnya lari. Anak perlu sering diberikan pujian untuk hanya duduk di bangku, membuat kontak mata, dan mengikuti perintah. Jika anak berusaha meninggalkan dingklik, secara fisik, prompt anak kembali. 

· Pindahkan meja lebih erat dingklik saat anak mulai lebih patuh. Akhirnya, anak dan Anda akan duduk bersebrangan di segi meja. Mulailah memperkenalkan bahan-materi suplemen. Tambahan isi dari kurikulum latihan. 

· Pada terapi ini semua anak niscaya melakukan amukan (tantrum). Jangan hingga menghentikan acara mencar ilmu sehingga anak memperoleh ide mengamuk. Jika terjadi, amukan selanjutnya akan lebih lama alasannya amukan pertama mendapatkan imbalan atau dituruti. Pesan yang mesti diterima anak ialah jikalau anak patuh, hal-hal yang baik tidak terjadi dan acara berguru tidak selsai. Uji coba harus rampung. Uji coba mesti berakhir dengan faktual, artinya bagaimana pun amukan anak, kegiatan belajar mampu tidak boleh bila anak menyelesaian dengan baik uji coba meskipun hanya mengerjakan sesuatu yang sungguh mudah, seperti memasukkan balok ke keranjang, dengan atau tanpa prompt. Anda perlu membangun kenaikan sikap kepatuhan. Kepatuhan mampu dibilang sukses bila anak sudah mematuhi 60-85% waktu. Jika kepatuhan disokong oleh sikap terapis yang menggembirakan dan imbalan yang aktual lainnya maka kepatuhan anak senantiasa meningkat. 

· Pada mulanya, anak autis bisa sungguh sulit mendapatkan pelajaran. Biasanya, dengan melaksanakan perlawanan terhadap aba-aba. Ketika anak didudukkan maka anak akan menangis, mencoba berdiri, dan secara fisik melawan prompt fisik yang menahan anak untuk tetap duduk. Hal ini terlihat terperinci pada menit-menit pertama terapi. Atasi masalah ini dengan cara multidimensinal. 

  • Pilihlah benda-benda sebagai imbalan yang diinginkan anak. 
  • Buatlah waktu berguru yang singkat dan tambahkan saat anak lebih toleran. 
  • Berikan imbalan kalau anak tetap mau duduk. 
Caranya, latih anak ke bangku, duduklah, beri imbalan, kemudian biarkan anak bangkit kembali. Secara sedikit demi sedikit, lamanya waktu anak tetap duduk sebelum bangun ditingkatkan. Jika ia mulai mengamuk saat di bangku, acuhkan hingga anak damai. Selanjutnya, berian tugas-tugas sederhana secara bertahap. Pada mulanya, akan terjadi amukan panjang dan sangat sukar. Selanjutnya, amukkannya mulai lebih pendek. Hal ini membuat anak belajar bahwa menangis dan perilaku bermaalah yang lain tidak lagi berkhasiat untuk melepaskannya dari tuntutan jam pelajaran. Masalah sikap menetap pada situasi lain mungkin membutuhkan seni manajemen intervensi yang lebih kompleks. 








Sumber: Danuatmaja B. (2003). Terapi anak autis di rumah. Jakarta: Puspa Swara, Anggota Ikapi.(29-33)
LihatTutupKomentar