Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang yang didapatkannya sejak lahir atau kala balita, yang menciptakan dirinya tidak mampu berafiliasi sosial atau komunikasi secara normal. Ditinjau dari sisi bahasa, autis berasal dari bahasa Yunani yang berarti “sendiri”. Hal ini dilatarbelakangi sebab anak autis pada umumnya hidup dengan dunianya sendiri, menikmati kesendirian, dan tak ada seorang pun yang akan mendekatinya selain orangtuanya.
Secara neurologis atau bekerjasama dengan tata cara persarafan, autis mampu diartikan sebagai anak yang mengalami kendala perkembangan otak, terutama pada area bahasa, sosial, dan fantasi. Hambatan inilah yang lalu menciptakan anak autis berbeda dengan anak yang lain. Dia seakan memiliki dunianya sendiri tanpa memerhatikan lingkungan sekitarnya. Ironisnya, banyak orang yanng salah dalam mengerti anak autis. Anak-anak autis dianggap ajaib, tidak waras, dan sungguh berbahaya sehingga mereka seperti terisolasi dari kehidupan manusia lain dan tidak menerima perhatian secara sarat .
Berbagai cara telah dilakukan supaya anak autis mulai mendapatann perhatian masyarakata. Mulai dari penjelasan perihal anak autis dan penjelasan bahwa anak autis tidaklah berbahaya. Namun, pandangan awal sepertinya susah untuk diubah. Hingga sekarang, eksistensi anak autis masih dianggap berbahaya meskipun tak separah dulu.
Meskipun terlihat gila dan tidak mampu diterima oleh khalayak lazim, kerap kali anak autis mempunyai kemampuan spesifik melebihi belum dewasa seusianya. Seklaipun demikian, rata-rata anak autis tidak memiliki kemampuan rata-rata anak autis tidak mempunyai kesanggupan rata-rata di semua bidang. Maka, mampu ditarik kesimpulan anak autis juga memiliki kemampuan yang mampu dikembankan sebagai kemampuan dari pegangan hidupnya kelak. Hanya saja, yang perlu dicermati yaitu bagaimana mengembangkannya dan model pendidikan yang bagimana yang harus dipilih.
Diketahui final-akhir ini, anak autis sering lahir dari pasangan yang sama-sama memilik pendidikan tinggi. Hal ini sudah diselidiki oleh Sonoma County Department of California Hasil yang didapat ialah tempat yang ditempati pasangan yang sama-sama memiliki pendidikan tinggi, didapatkan banyak anak autis daripada tempat yang ditempati oleh pasangan dengan pendidikan yang sedang-sedang saja. Namun, ada pula yang mengatakan anak autis juga terlahir dari pasangan yang telah berumur. Artinya, di ketika mempunyai anak umur salah satu pasangan sudah melampaui batas normal untuk memiliki anak. Misalnya, pada wanita batas perempuan boleh hamil adalah 30-35 tahun.
Jika seseorang anak terkena autis, tanda-tanda yang terlihat antara anak satu dan lainnya berlawanan. Gejala autis sangatlah beragam. Sebagian anak bertingkah hiperaktif dan garang atau menyakiti diri sendiri, tetapi tak jarang ada juga yang bersikap pasif. Mereka condong sukar mengontrol emosinya dan sering tempertrantum. Namun gejala yang paling menonjol ialah perilaku anak yang cenderung tidak memedulikan lingkungan dan orang-orang sekitarnya, seolah menolak berkomunikasi dan berinteraksi berikut yakni tabel tanda-tanda autis:
Diatas tadi penulis sudah menyebutkan sedikit penyebab anak autis. Dibagian ini Anda mampu mengetahui secara lengkap penyebab autis. Berikut yaitu beberapa hal yang dicurigai yang memiliki peluang autisme:
a. Vaksin yang mengandung Thimerosal
Thimerosal merupakan zat pengawet yang dipakai di aneka macam vaksin. Karena banyaknya kritikan, sekarang sudah banyak vaksin yang tidak lagi menggunakan Thimerosal di negara maju. Namun, entah bagaimana halnya di negara berkembang.
b. Televisi
Semakin maju sebuah negara, lazimnya interaksi antara anak dan orangtua semakin berkurang karena banyak sekali hal. Sebagai kompensasinya, TV sering digunakan selaku penghibur anak. Ternyata, ada kemungkinan bahwa TV bisa menjadi penyebab autisme pada anak, utamanya yang menjadi jarang bersosialisasi karenanya.
c. Genetik
Ini adalah prasangka awal dari penyebab autisme. Autisme sudah laam diketahi mampu diturunkan dari orangtua terhadap anak-anaknya. Namun, tidak itu saja, juga ada kemungkinan variasi-variasi lainnya. Salah satu contohnya yaitu bawah umur yang lahir dari ayah yang berusia lanjut lebih besar untuk menderita autisme (walaupun sang ayah normal/bukan autis).
d. Makanan
Pada 1970-an, perkara ADHD (Attention-Deficit Hyperactivity Disorder) meningkatkan dari sebelumnya. Penelitian pun memperoleh penyebab mengapa mesti ADHD berkembangpada tahun itu. Hasil penelitian itu memperlihatkan pada zat kimia yang ada pada masakan terbaru dicurigai selaku penyebab utama meningkatkan perkara ini. Ketika zat-zat pada kuliner tersebut dihilangkan, perkara ADHD menurun secara drastis.
e. Radiasi pribadi pada bayi
Sebuah riset dalam skala besar di Swedia menunjukkan bahwa bayi yang terkena gelombang ultrasonik berlebihanakan cenderung menjadi kidal.
Dengan semakin banyaknya radiasi di sekeliling kita, ada kemungkinan radiasi juga berperan mengakibatkan autisme. Akan tetapi, bagaimana menghindarinya, penulis juga belum mengenali. Yang sudah terperinci mudah untuk dikesampingkan adalah USG-hindai jikalau tidak perlu.
f. Asam Folat
Zat ini lazimnya diberikan terhadap perempuan hamil untuk menangkal cacat fisik pada janin. Hasilnnya memang cukup faktual, tingkah cacat pada janin turun hingga sebesarnya 30%. Namun, di lain pihak, tingkat autisme jadi meningkat.
Pada ketika ini, observasi masih terus berlanjut tentang ini. Sementara ini, yang mungkin bisa dilakukan oleh para ibu hamil yakni tetap mengonsumsi asam folat, tetapi tidak dalam dosis yang sungguh besar (normalnya perempuan hamil diberikan takaran asam folat empat kali lipat dari dosis wajar .)
g. Sekolah lebih awal
Agak mengejutkan, namun ada beberapa penelitian yang memberikan bahwa menyekolahkan anak lebih permulaan (pre-school) mampu mengakibatkan reaksi autisme. Diperkirakan, bayi yang mempunyai talenta autisme sebetulnya bisa sembuh/membaik dengan berada dalam lingkup orangtuanya. Namun, alasannya adalah justri dipindahkan ke lingkungan ajaib yang berbeda (sekolah playgroup/preschool), beberapa anak jadi mengalami shock, dan bakat autismenya menjadi muncul dengan sungguh terang.
Untuk menyingkir dari ini, para orangtua perlu memiliki kemampuan untuk mendeteksi talenta autisme pada anaknya secara diri. Jika ternyata terdeteksi, mungkin kurun preschool-nya perlu dibimbing secara khusus oleh orangtua. Hal ini biar dikala masuk kurun kanak-kanak, gejala autismenya telah nyaris lenyap dan sang anak mampu menikmati kala kecilnya di sekolah dengan senang.
Sumber: Smart A. (2010). Anak cacat bukan akhir zaman: metode pembelajaran & terapi untuk anak berkebutuhan khusus. Yogyakarta: Katahati. (Hal 56-63)