Efek Kegaduhan Pada Faktor Psikologis Dan Interaksi Sosial

stress pada diri seseorang. Orang yang sedang melaksanakan interaksi dengan adanya bunyi yang hising, akan sangat terusik. Mereka terpaksa melaksanakan komunikasi dengan suara yang lebih keras, dan mungkin juga isi pembicaraan tidak tertangkap secara keseluruhan dengan baik.

Suara bising yang muncul secara tidak diduga atau tidak terencana akan lebih mengusik ketimbang suara yang terencana akan lebih mengganggu daripada suara yang teratur. Suara bising yang tak diduga pemunculannya menyebabkan keterkejutan bagi orang yang mendengar. Keterkejutan tersebut dapat pula menyebabkan stres, alasannya adalah suara tersebut akan menyakiti terdengarnya, jika dibandingkan dengan suara yang mampu disangka . Selain itu, bunyi yang tak dapat disangka kemunculannya akan membuyarkan fokus bagi orang yang mendengar.

Suara yang keras tekanannya dan tidak mampu diatur akan lebih mengganggu jika dibandingkan dengan bunyi yang mampu kita control, contohnya dengan mematikan sumber suara tersebut. Suara yang memperlihatkan tekanan keras bila mampu diatur, maka tidak akan mengusik. Dengan demikian, orang – orang mengontrolnya mampu terhindar dari suasana depresi, dan konsentrasinya tidak terusik. Suara yang tak dapat dikendalikannya akan mengakibatkan depresi dan ia mesti memajukan fokus dalam banyak sekali hal.

Kondisi bunyi yang memperlihatkan tekanan pada orang berinteraksi, telah barang pasti akan mengusik interaksi yang sedang berlangsung. Hasil observasi yang mengaitkan antara bunyi yang keras pada orang yang sedang berinteraksi memperlihatkan hasil sebagai berikut: latar belakang suara yang tingkatannya keras dan menghancurkan sensitivitas pada orang yang sedang berinteraksi tersebut, utamanya pada orang yang mau menawarkan derma. Riset yang dijalankan oleh Boles dan Hayward (1978): sumber; Dylan, Jones dalam Noise and Society) hanya sedikit orang yang hendak mengizinkan intervies dengan bunyi dengan tekanan di atas 70 dB, jika ketimbang yang latar belakang suaranya memperlihatkan tekanan suara di bawah 70 dB. Hal ini sejalan dengan hasil observasi yang bunyi di bawah 70 dB. Hal ini sejalan dengan hasil observasi yang suara di bawah 70 dB. Hal ini sejalan dengan hasil observasi yang suara dibawah 70dB. Hal ini sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan oleh Page (1977), di mana perilaku membantu akan menyusut sejalan dengan meningkatnya kegaduhan. Hal ini dikarenakan bunyi keras tersebut dapat merusaknya.

Suara yang menawarkan tekanan keras tidak secara langsung menjadikan perilaku aksi. Tetapi jikalau seseorang sudah memiliki intense untuk agresi, maka suara yang keras akan mengembangkan agresi. Hal ini menimbulkan orang kemudian akan berperilaku aksi. Suara yang menunjukkan tekanan keras (95 dB) mampu menjadi aspek yang menujang bila seseorang sudah dalam keadaan marah. Dengan kondisi diri yang dalam keadaan murka, mendengar suara yang menunjukkan tekanan keras beliau akan mudah untuk agresi. Namun, bila bunyi yang diperdengarkan yakni sebesar 55 dB, tidak mempunyai arti akan meredaka intense agresinya. Dengan demikian, meningkatnya perilaku agresi yakni dikarenakan katerkejutan dengan tekanan bunyi yang tinggi.

Suara yang memiliki tekanan bunyi yang lebih keras ternyata mampu memengaruhi pada dinamika golongan. Ward dan Suedfeld (1973, dalam Noise and Society, hal 234), membuat sebuah eksperimen pada 18 orang mahasiswa. Mahasiswa tersebut dibagi ke dalam tiga kelompok, yang mendapatkan perlakuan tekanan suara yang berbeda, yaitu kelompok yang pertama diberikan suara dengan tekanan sebesar 40 – 50 dB, kelompok kedua 63 – 66 dB, dan kelompok tiga diberikan tekanan suara sebesar 67 – 70 dB. Tugasnya yaitu diskusi kalangan untuk meraih akad. Kelompok yang mendapatkan tekanan suara lebih keras ternyata membutuhkan waktu yang lebih usang, dan selama diskusi mereka ketimbang dua golongan lainnya. Dengan demikian, ternyata interaksi dalam kalangan mampu pula dipengaruhi oleh gangguan bunyi. Apabila diberikannya bunyi pada kalangan yang sedang melakukan pekerjaan atau diskusi, maka sebaiknya bunyi tersebut tidak mengusik mereka.







PSIKOLOGI LINGKUNGAN Teori dan Konsep. Prof. Dr. Tb. Zulrizka Iskanda, S. Psi., M. Sc. (Hal 152 - 153)
LihatTutupKomentar