- Chirologi,
- Astrologi,
- Grafologi,
- Phisiognomi,
- Phrenologi,
- Onychologi,
(1) Chirologi atau ilmu gurat – gurat tangan (Jawa: rajah)
Dasar pemikiran dibandingkan dengan pengetahuan ini adalah realita bahwa gurat – gurat tangan orang itu tidak ada yang sama satu sama lain, macamnya yaitu sebanyak penduduknya. Ini pulalah yang menjadi dasar fikiran Daktiloskopi (Ilmu sidik jari)
Jika sekiranya orang mampu mengenal perbedaan – perbedaan serta sifat – sifat khusus gurat – gurat tangan tersebut, maka beliau akan mengenal perbedaan – perbedaan serta sifat – sifat khas penduduknya. Akan tetapi perjuangan yang biasa dikerjakan orang tidaklah sejauh itu; orang cuma memperhatikan beberapa gura (garis) saja.
(2) Astrologi atau ilmu perbintangan
Dasar pikiran daripada pengetahuan ini adalah adanya pengaruh kosmis kepada manusia. Pada waktu seseorang dilahirkan, beliau ada dalam posisi tertentu terhadap benda – benda angkasa; bila sekiranya kita mampu mengenal perbedaan – perbedaan mengenai soal ini beliau juga akan mampu mengenal perbedaan – perbedaan serta sifat – sifat khas penduduknya; namun lazimnya usaha yang dijalankan orang tidak sejauh itu, dan orang – orang yang lebih lalu secara tradisional memalsukan saja yang dibilang oleh orang sebelumnya, padahal reliabilitas dan validitas prinsip – prinsip yang sudah ada belum diuji.
(3) Grafologi atau Ilmu ihwal tulisan tangan
Tentang sejarah pengetahuan ini tidak ada kesatuan usulan di antara para mahir. Umumnya orang berpendapat bahwa pengetahuan ini ialah hasil abad XIX, tetapi ada juga bukti – bukti yang menunjukkan, bahwa sebelum itu sudah ada juga orang yang memberhatikannya, contohnya Cammilo Baldo (Italia, 1622). Karangan dalam lapangan ini yang besar yang berasal dari periode XIX yaitu; Systeme de Graphologie hasil karya Abbe Michon, yang kemudian dilanjutkan dan disempurnakan oleh Crepiaux jamin dalam A B C de la graphologie.
Kini karangan – karangan dalam lapangan ini sudah banyak dan di antaranya yang mampu dipandang selaku karya terbaik ialah karya L. Klages: Handschrift und Character.
Dasar pikiran grafologi itu ialah demikian: segala gerakan yang dilakukan oleh insan itu merupakan ekspresi dibandingkan dengan kehidupan jiwanya; jadi juga gerakan menulis dan selanjutnya goresan pena sebagai hasil gerakan menulis itu merupakan bentuk mulut kehidupan jiwa. Kalau sekirarnya orang mampu mengetahui keadaan khusus goresan pena seseorang dengan baik, berarti dia juga dapat mengenal keadaan khusus kepribadian si penulisnya.
Dalam menganalisis goresan pena tangan itu hal – hal yang diperhatikan antara lain:
· Apakah goresan pena tetap lurus ataukah naik atau menuru,
· Condong atau tegaknya tulisan,
· Besar kecilnya abjad,
· Jarak goresan pena dari garis yang satu ke garis yang lain.
· Tumpul runcingnya tulisan.
· Tetap dan tidaknya ukuran tulisan,
· Jarak goresan pena dari tepi, dan sebagainya.
Hal – hal tersebut dianalisis, dicari sifat – sifatnya yang khas, dan dengan jalan demikian orang menjajal menarik kesimpulan perihal kepribadian penulisnya.
(4) Physiognomi atau ilmu ihwal paras
Pengetahuan ini berusaha memahami kepribadian atas dasar kondisi parasnya. Dasar pikiran untuk mengusahakan wawasan ini adalah iman bahwa ada korelasi antara kondisi tampang dan kepribadian. Hal – hal yang tampak pada muka mampu dipergunakan untuk membuat interpretasi tentang apa yang terkandung dalam jiwa.
Orang yang mengusahakan secara luas wawasan ini dan mempergunakannya secara baik yakni: Johann Casper Lavater (1741 – 1801), seorang pendeta di Zurich. Karya Lavater dalam lapangan ini ialah:
Physiognomische Fragmente zur Beforderung der Menchenkenntniss und Menshenliebe. Dalam buku tersebut dia menandakan antara lain
(a) Keadaan dahi dan kening yaitu isyarat untuk mengerti kecerdasan seseorang;
(b) Hidung dan pipi adalah bab yang mampu menunjukkan tanda mengenai halus atau kasarnya perasaan seseorang.
(c) Mulut dan dagu mampu memberikan isyarat ihwal nafsu makan, nafsu minum, dan sebagainya.
(d) Mata yaitu bagian yang merefleksikan seluruh kehidupan jiwa, dan sebagainya.
Sewaktu periode hidupnya Lavater sebagai seorang pendeta yang banyak bergaul dengan bermacam – macam orang memang mahir memanfaatkan fatwa – pedomannya itu secara baik. Akan tetapi suksesnya tersebut tidak khususnya karena baiknya pemikiran yang digunakannya, melainkan alasannya adalah ketajaman intuisinya; jadi jikalau ajaran tersebut dipergunakan oleh orang lain, maka akan lain – lain pulalah akibatnya.
(5) Phrenologi atau ilmu ihwal tengkorak
Pengetahuan ini bermaksud memahami kepribadian atas dasar keadaan tengkoraknya. Usaha ini telah dipersiapkan oleh Lavater dan meraih bentuknya pada Frans Joseph Gall (1758 – 1828), seirang dokter bangsa Jerman yang bersama – sama dengan G. Spurzheim (1776 – 1923) mengarang buku tentang anatomi dan fisiologi otak, yang merupakan karya penting pada zamannya.
Dasar pikiran aliran mereka itu aialah bahwa tiap – tiap fungsi atau kecakapan itu masing – masing mempunyai pusatnya di otak. Jikalau salah satu ( atau lebih ) dari kecakapan itu keadaannya hebat, maka pusatnya di otak itupun luar biasa besarnya. Akibat hal ini ialah bentuk tengkorak kemudian terubah oleh sentra yang besar tersebut, sehingga ada tonjolan – tonjolannya. Dengan mengukur secara teliti tonjolan – tonjolannya tersebut, dapat disimpulkan tentang kecakapan – kecakapan atau sifat – sifat penduduknya. Phrenologi ini berikutnya dkembangkan oleh Brocca (1824 – 1880), yang selanjutnya sukses merumuskan teori lokalisasi, suatu teori yang meskipun sudah banyak menerima kritik tetapi masih tetap populer sampai sampaumur ini.
(6) Onychologi atau ilmu perihal kuku
Onychologi berupaya memahami kepribadian seseorang atas dasar keadaan kuku – kukunya. Kuku di ujung jari itu mempunyai kekerabatan yang akrab dengan susunan syaraf, dengan cabang – cabangnya yang terhalus berujung di pucuk – pucuk jari. Warna serta bentuk kuku dapat digunakan selaku landasan untuk mengenal kepribadian orangnya.
Cabang wawasan ini gres dikembangkan pada bagian kedua periode ini, oleh sekelompok mahir di Perancis, yang dipelopori oleh Henry Bouquest, Cartan Pierre Giram, dan Henry Mangin.
Sumber : PSIKOLOGI KEPRIBADIAN. Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D (Hal 6 – 10)