Penyerapan Toksikan

Absorpsi ialah perpindahan xenobiotik dari luar organisme menuju ke pedoman darah dari organisme. Umumnya mengikuti proses pemaparan dan menunjukkan takaran zat xenobiotik yang diterima oleh organisme. Proses perembesan toksikan dalam tubuh mampu lewat saluran pencernaan, jalan masuk pernapasan (paru) dan kulit. Namun aturan jalur khusus mirip injeksi intraperitoneal, intramuskuler dan subkutan, sering digunakan dalam studi toksikologi.

Absorpsi Toksikan pada Saluran Pencernaan Makanan

Saluran pencernaan kuliner merupakan salah satu jalur penting dari aborpsi toksikan. Banyak toksikan lingkungan masuk lewat rantai masakan dan diserap melalu saluran pencernaan. Proses aborpsi tersebut tidak menyebabkan efek toksik kecuali kalau diserap oleh badan. Lambng merupakan tempat peresapan yang baik untuk asam lemah dan bentuk non-ion yang larut dalam lemak. Untuk basa lemah yang mengion dan tidak larut dalam lemak tidak gampang diserap olehh lambung, kebanyakan diserap oleh usus. Sebaliknya untuk basa organik yang lebih banyak diserap di usus daripada di lambung.

Usus kecil (intestin)

Alasan mengapa usus kecil (intestin) ialah organ penting dalam proses absorpsi, ialah:

1. Banyak fili (bulu sepanjang intestin sebagai alat penyerap).

2. Pertukaran dengan darah berlangsung baik.

3. Mempunyai lapiran sel tipis (selaku karier) dengan tebal satu lapis sel.

4. Melibatkan asam empedu.

Absorpsi Toksikan pada Paru

Toksikan yang diabsorpsi di paru, biasanya berbentukgas: CO, NO2, SO2, uap benzene,uap karbn tetraklorida dan aerosol. Proses penimbunan aerosol ditentukan oleh ukuran partikelnya.

Absorpsi gas CO oleh paru sering menimbulkan kematian. Demikian pula di kawasan kerja penyebab kesakitan yang penting ialah penyerapan dan deposisi partikel materi silikon oleh paru yang menyebabkan penyakit silikosis.

Partikel dengan penampang 5 µm (mikro meter) akan dideposit pada regio nasofaringeal. Partikel tersebut akan melekat pada silia hidung bab belakang dan mampu dikeluargan melalui proses bersin. Partikel tersebut berikutnya akan masuk ke dalam faring dan menempel pada selaput lendir dengan pertolongan epitel akan masuk ke dalam darah.

Partikel dengan penampang 2 sampai 5 µm dideposit pada regio trakeobronkiolar yang secara fisiologis dibersihkan dengan gerakan silia pada selaput lendir trakeobronkiolar. Nasib partikel sebagian akan dikeluarkan dengan proses batuk atau bersin dan sebagian lagi tertelah diabosrpsi oleh traktus gastrointestinal.

Partikel dengan penampang 1 µm atau yang lebih kecil akan mengalami penetrasi pada sacus alveolaris yang sebagian dari partikel akan mengalami pencucian oleh macrophage dan sebagian lainnya akan diabsorpsi dalam darah.

Zona alveolar ialah bab dalam paru dengan permukaan seluas 50 hingga 100 m.2 Gas pada alveoli nyaris selalu menyatu dengan pedoman darah yang tergantung pada kelarutan gas tersebut. Gas chioroform mempunyai kelarutan yang tinggi sedangkan gas ethylene mempunyai kelarutan yang rendah dalam darah.



Absorpsi Toksikan Pada Kulit

Absorpsi toksikan oleh kulit relatif kurang baik/impermeable dan ialah pelindung yang bagus untuk mempertahankan fungsi kulit manusia dair dampak lingkungan Zat kimia dalam jumlah yang cukup besar apabla diserap oleh kulit mampu mengakibatkan efek sistematik.

Kulit merupakan bab badan yang dirancang untuk menangkal absorpsi agar tidak mudah terjadi keracunan. Kerja kulit selaku barier sungguh efektif alasannya beberapa aspek sebagai berikut:

1. Area permukaannya terbatas.

2. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang cukup tebal.

3. Stratum corneum yakni pemisah yang berlawanan antara lapisan keratin dengan sel kering yang terbungkus rapat materi lipofilik dan dapat berpindah sebab sifat yang dimilikinya.

Kulit tidak dapat melakukan pertukaran zat dengan dara. Perpindahan bahan dari luar lapisan yang terserap ke dalam sistem (vaskuler) sangat lambat hal tersebut karena luas pori hanya sekitar > 100 µm. bila perembesan secara perlahan maka kulit berperan penting dalam imbas lolos pertama (firstpass effect). Hal ini mempunyai arti ada transformasi biologis zat toksik dalam epidermi, meskipun aktivitasnya hanya 2-6% dari kegiatan yang dijalankan liver.

Kulit seorang lelaki adalah sekitar 18 cm2 atau skeitar 10 % dari berat tubuh. Pestisida organofosat diserap mellaui kulit eperja kebun, krorofenol ditemukan dalam binatang luar dan banyak solven industri yang diserap oleh semua spesies. Bahan kimia deterjen mampu mengembangkan penetrasi materi toksik sedangkan ester dan alkohol rantai panjang mampu menurunkan penetrasi zat toksik ke dalam kulit.

Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengambilan (Uptake)

Pada lazimnya xenobiotik berpindah dengan transport pasif yang dikendalikan oleh perbedaan konsentrasi dan tidak memerlukan energi (kondisi lebih pekat/kadar bear di dalam daripada di luar).

Proses dilusi dapat dijelaskan dengan hukum Ficks seperti di bawah ini:



Transport Aktif

Beberapa xenobiotik terserap dengan memakai protein pembawa yang tertanam dalam struktur membran yang berlaku selaku kendaraan pengangkut. Hal ini disebut transport aktif dan membutuhkan energi.

Sebagai teladan ialah transport aktif dari muncul (Pb), dalam GIT (gastrointestinal tract) ada protein pengantkut Ca++ yang juga dipakai oleh Pb sebab kesamaan kimiawinya dengan kalsium. Hal tersebut merupakan satu alasan toksisitas aneka macam uncur yaitu alasannya kesamaannya dengan bagian esensial.









Sumber: Mukono H. J. (2005). Taksikologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press. (Hal 16-19)
LihatTutupKomentar