Teori Kepribadian Behaviorisme

Menurut skinner, pengusutan tentang kepribadian cuma sah jikalau menyanggupi banyak sekali standar ilmiah. Umpamanya, ia tidak akan mendapatkan pemikiran bahwa kepribadian (personality) atau diri (self) yang membimbing atau mengarahkan sikap. Baginya, pendekatan seperti ini ialah sisa Animisme, suatu ajaran yang mengontrol keberadaan jiwa dalam badan yang menggerakkan badan itu. Ia juga tidak puas dengan klarifikasi perilaku yang buntu mirip tanggapan “Mengapa para perampik membunuh orang – orang yang tidak berdaya? Apakah alasannya adalah meraka aneh?

Dalam pandangannya, pengusutan tentang kepribadian melibatkan pengamatan yang sistematis dan sejarah berguru yang khas, serta latar belakang genetis yang unik dari individu. Menurut Skinner, individu adalah organism yang menemukan perbendaraan tingkah lakunya lewat berguru. Dia bukanlah biro penyebab tingkah laku, melainkan daerah kedudukan atau suatu point yang aspek – aspek lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama – sama menciptakan akibat (Tingkah laku) yang khas pula pada individu tersebut.

Bagi Skinner studi perihal kepribadian itu ditujukan pada penemuan acuan yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan berbagai konsekuensi yang diperkuatnya.

Selanjutnya, Skinner telah menguraikan sejumlah teknik yang dipakai untuk menertibkan perilaku. Kemudian banyak di antaranya dipelajari oleh social – learning theoritists yang tertaik dalam modeling dan adaptasi perilaku. Teknik tersebut ialah sebagai berikut (Wulansari & Sujatno, 1977).

1. Pengekangan fisik (physical restraints)

Menurut Skinner, kita mengatur sikap melalui pengekangan fisik. Misalnya, beberapa dari kita menutup lisan untuk menghindari diri dari menertawakan kesalahan orang lain. Orang kadang – kadang melakukannya dengan bentuk lain, seperti berlangsung menjauhi seseorang yang sudah menghina kita supaya tidak kehilangan control dan menyerang orang tersebut secara fisik.

2. Bantuan fisik (physical aids)

Dalam persepsi Skinner, santunan fisik dapat dipakai untuk mengendalikan sikap. Kadang – kadang orang memakai obat – obatan untuk mengontrol sikap yang tidak diinginkan. Misalnya, pengendara truk meminum obat perangsang supaya tidak mengantruk ketika menempuh perjalanan jauh. Bantuan fisik bisa juga dipakai untuk membuat lebih mudah sikap tertentu, yang bisa dilihat pada orang memiliki problem penglihatan dengan cara menggunakan kacamata.

3. Mengubah keadaan stimulus (chaging the stimulus conditions)

Suatu teknik lain adalah mengubah stimulus yang bertanggung jawab. Misalnya, orang yang berkelebihan berat badan menyisakan sekotak permen dari hadapanna sehingga mampu mengekang diri sendiri. Dalam teladan tersebut, orang menghindardiscrimmative stimuli yang menimbulkan sikap yang tidak dinginkan. Akan namun, berdasarkan Skinner, kita tidak cuma menyingkirkan stimulus tertentu pada situasi tertentu. Kita tidak juga mendatangkan stimulus untuk melaksanakan suatu sikap tertentu. Misalnya, kita menggunakan beling cermin untuk berlatih menguasai tarian yang sulit.

4. memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions)

Skinner menyatakan bahwa sering kali kita mengadakan perubahan emosional dalam diri kita untuk mengatur diri. Misalnya, beberapa orang menggunakan teknik meditasi untuk menanggulangi tertekan. Serupa dengan itu, kita mungkin membuat diri sendiri memiliki situasi hati yang bagus sebelum menghadiri pertemuan yang menciptakan depresi agar kita dapat memperlihatkan sikap yang sempurna.

5. melaksanakan respons – respons lain (performing alternative responses)

Menurut Skinner, kita juga sering menahan diri dari melakukan perilaku yang menjinjing hukuman dengan melaksanakan hal lain. Misalnya, untuk membawa hukuman dengan melaksanakan hal lain. Misalnya, untuk menahan diri supaya tidak menyerang orang yang sangat tidak kita senangi, kita mungkin melaksanakan langkah-langkah yang tidak bekerjasama dengan pertimbangan kita tentang mereka.

6. menguatkan diri secara nyata (kasatmata self – reinforcement)

Salah satu teknik yang kita gunakan untuk mengatur sikap, berdasarkan Skinner, ialah positive self reinforcement. Kita menghadiahi diri sendiri atas perilaku yang patut dihargai. Misalnya, seorang pelajar menghadiahi diri sendiri dikarenakan telah mencar ilmu keras dan dapat melaksanakan ujian dengan baik, dengan menonton film yang elok.

7. Menghukum diri sendiri (self – punishment)

Akhirnya, seseorang mungkin menghukum diri sendiri alasannya gagal meraih tujuan diri sendiri. Misalnya, seorang mahasiswa menghukum diri sendiri karena gagal melakukan ujian dengan baik dengan cara menyendiri dan berguru kembali dengan ulet.





Sumber: PSIKOLOGI UMUM. Drs. Alex Sobur, M. Si. (Hal. 309
LihatTutupKomentar