Aspek-Aspek Yang Mensugesti Biotrasnformasi Dari Materi Gila

1. fakor instrinsik 

Faktor penting yang mengendalikan jalannya reaksi enzimatik dari bahan asing yaitu konsentrasinya dalam pusat aktivitas dari enzim. Konsentrasi ini tergantung pada sifat fisikokimia dan dosis bahan kimia tersebut. Faktor lain yang menertibkan adalah lipophilicity, protein binding, dan takaran. Lipophilicity penting alasannya adalah mampu mengatur banyaknya perembesan xenobiotik dari jalan masuknya (kulit, usus, paru). Bahan kimia yang bersifat lipophilic lebih gampang diabsorpsi dalam darah, sedangkan bahan yang larut dalam air kurang cepat diserap. 

b. Variabel host yang mensugesti biotransformasi xenobiotik 

beberapa konisi fisiologis, pharmakologis, dan faktor lingkungan yang menghipnotis proses biotransformasi xenobiotik, yaitu species, strain, umur, sex, time of day, induki enzim, enzim penghambat status gizi dan status penyakit. 

3. induksi enzim biotransformasi. 

Aktivitas enzim biotransformasi mampu ditingkatkan dengan tunjangan bahan kimia kepada manusia maupun binatang. Bahan kimia tersebut mampu berbentukobat-obatan, pestisida, materi kimia industri, bahan alami, dan etanol. Secara lazim mampu dikatakan bahwa kenaikan aktivitas enzim merupakan hasisl dari peningkatan sintesis enzim biotransformasi dan proses tersebut merupakan induksi enzim. 

4. inhibisi (penghambatan) enzim biotransformasi 

Penghambat metabolisme xenobiotik yakni beberapa aspek yang didapat baik endogen dan eksogen yang menurunkan kesanggupan enzim untuk metabolisme materi abnormal. Mekanisme inhibisi meliputi kompetisi untuk kofaktor enzim, inhibisi dari komponen angkutandalam tata cara multienzim, penurunan biosintesis dan kenaikan kerusakan enzim serta ko-faktor. 

5. kombinasi spesies, strain, dan genetik 

Variasi biotransformasi di antara spesies digolongkan menjadi perbedaan kualitatif dan kuantitatif. Perbedaan kualitatif menyangkut rute metabolik yang diakibatkan oleh kelainann dari variasi spesies. Variasi kuantitatif merupakan akhir dari perbedaan mutu enzim atau inhibitor alami. 

Yang tergolong perbedaan kualitatif pada biotransformasi ialah: 
  • Perbedaan konsentrasi enzim 
  • Perbedaan isozim cytochrom P450 
  • Perbedaan reaksi regio spesifik 
  • Aspek genetik 

Perbedaan kuantitatif ini predominan pada reaksi fase I. 

6. Perbedaan seks pada biotransformasi 

Perbedaan respons toksikologi dan farmakologi antara tikus betina dan jantan pernah diteliti. Pada tunjangan hexobarbital denan dosis yang sama, tikus betina tidur lebih lama daripada yang jantan. Demikian pula pestisida parathion toksiknya dua kali lebih besar pada tikus betina dibandingkan dengna tikus jantan, hal ini disebabkan alasannya adalah kemampuan pengurangan kapasitas liver dalam melakukan biotransformasi pada tikus betina lebih besar. 

Perbedaan seks dalam biotransoformasi juga terjadi pada organ ekstrahepatik. Chioroform diubah menjadi zat yang reaksi (contohnya fosgen) oleh microsome sepuluh kali lebih cepat pada ginjal tikus jantan jika ketimbang tikus betina. Tikus jantan lebih peka pada paparan chiroform dan mengakibatkan nephrotoxiticity (keracunan ginjal), apabila dibandingkan dengan tikus betina yang lebih tahan (resistent). 

7. Efek umur pada biotransformasi 

Meningkatkan xenobiotik sering terjadi pada binatang yang lebih bau tanah alasannya meningkatkannya sensitivitas dari jaringan. Demikian pula mikrosom liver dari tikus yang berumur tua tampakpenurunan toksisitas biotransformasi. Metabolit yang toksis akan memberian hubungan/asosiasi dengan penurunan toksisitass pada umur renta dan sangat muda (bayi). Hal tersebut pada tikus di mana inhibitor cholinesterase urang efektif pada biasa renta dan kandidat tetrachlorida tidak hepatotoksik pada bayi tikus. 

Menurunnya kapasitas biotransformasi bekerjasama dengan penurunan kadang cytochrome P450  dan acara dari enzim reduktase. Pada usia tua kaan mengembangkan biological half live dan suatu obat tidak hanya bekerjasama dengan menurunnya kegiatan enzim. Namum bekerjasama pula dengan menurunnya pemikiran darah pada ginjal dan liver, mengurangi besarnya liver, menurunkan efisiensi metode pengeluaran urine dan metode pengeluaran empedu serta memajukan bobot dari jaringan lemak. 

Fetus dan bayi gres lahir memberikan kemampuan yang terbatas untuk biotransformasi xenobotik sehingga kemungkinan terjadnya keracunan lebih berkembangpada hewan percobaan yang lebih muda. 

8. efek dari diet kepada biotrasnformasi 

Status nutrisi dari binatang percobaan yaitu sungguh penting untuk membuktikan pengaruhnya terhadap biotransformasi. Di bawah ini ditayangkan imbas keadaan nutrisi terhadap biotransformasi. 

 

9. Efek kerusakan liver (hepatic injury) terhadap biotransformasi 

Karena liver ialah tempat utama dari biotransformasi xenobiotik maka penyakit penyakit yang mempengaruhi fungsi normal liver mampu pula mensugesti proses biotransformasi, begitu juga dengan bahan kimia yang menginduksi gangguan liver (hepar) akan menurunkan biotransformasi. 

Penyakit pada liver seperti hepatitis, karsinoma, ikterus sebab bstruktif, cirrhosis hepatitis dan schistosomiasis akan menghemat aktivitas proses biotransformasi. Setelah liver mengalami gangguan dan rusak akan ada fase regenerasi dari jaringan liver dan lazimnya aktivitass enzim akan lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum terjadinya gangguan. 

Beberapa penyakit atau gangguan yang dapat menurunkan pemikiran darah pada liver akan menekan biotransformasi dan proses pencucian xenobiotik. Penyakit atau gangguan tersebut diantaranya yakni semua komplikasi penyakit jantung, shock, dan hipotensi. Gangguan kepada ginjal mampu pula menurunkan proses pembersihan xenobiotik. 







Sumber : Mukono H. J. (2005). Toksikologi lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press. (Hal 54-57)
LihatTutupKomentar