Kekerabatan Dosis Respon (Dose Respone Relationship)

Sangat penting untuk dicatat bahwa sikap dosis-respon sebuah materi digambarkan selaku peningkatan takaran akan meningkatkan efek samping efek maksimal tercapai. Untuk lebih menerangkan hubungan takaran, respon, perlu menggunakan diagram dalam kurva frekuensi distribusi normal.

Hubungan takaran-respon lazimnya berciri kuantitatif dan hal tersebut yang membedakan dengan paparan di alam di mana kita hanya menerima kemungkinan perkiraaan dosis. Suatu tanggapandari adanya paparan yang tidak mematikan (non-lethal respone). Bahan kimia dengan tingkat toksisitas rendah memerlukan takaran besar untuk menciptakan efek keracuan dan bahan kimia sungguh toksik umumnya memerlukan takaran kecil untuk menghasilan efek keracunan. Pengujian materi kimia dengan tolak ukur akhir hayat, realtif lebih mudah untuk ditangani. Tolak ukur ajal tersebut merupakkan pengukuran agresif alasannya adalah tidak mengandung gosip tentang sesuatu yang mendasarti toksisitas.

Fungsi Kurva Dosis-Respon

Fungsi dosis respon dapat dikenali dari ciri kurva yang terjadi, antara lain yakni kemiringan (slope) garis.

Apabila timbul bentuk kurva yang spesifik, maka dapat diperkirakan ada sedikit kombinasi biologi dalam hewan percobaan,

Kurva spesifik:

1, Slope dangkal:

Variasi tersebut berhubungan dengan beberapa jenis cara intearksi bahan toksik dalam toksikodinamik

2. Steep slope

Variasi ini berkaitan dengan steep tunggal.

3. Waktu:

Sangat penting dalam menentukan asumsi imbas, utamanya untuk mengukur respon.

Kurva Dosis-Respon

Bentuk dasar korelasi takaran-respon dapat ditunjukkan dalam sebuah grafik. Harap diingat bahwa sumbu-X yakni logaritma, oleh alasannya itu tidak senantiasa memungkinkan untuk meneruskan plot tersebut sampai ke takaran nol. Dari kemiringan plot dapat diperoleh informasi yang berkhasiat dan dengan memakai intersepsi akan menunjukkan informasi mengenal NOEL serta gambaran kisaran takaran yang menunjukkan efek terhadap seluruh organisme. 



Bentuk kurva tergantung pada sejumlah faktor namun umumnya berupa turunan dari kurva gauss yang menjelaskan distribusi normal dalam sistem biologi. Bagian paling linier didapatkan antara 16% dan 84& dan bagian ini mampu digunakan untuk memperkirakan nilai LD50.

Pada gambar 4.1 : Dosis sangat minim (< 5 mg/kg) -> respon (mortality): 0%.

Dosis sangat tinggi (± 1000 mg/kg) -> respon (mortality): 100%.

Gambar 4.2 Diargram kekerabatan dosis-tanggapandalam bentuk kurva frekuensi distribusi normal. Absis adalah dosis dan ordinat yaitu mortalitas (respon) dalam frekuensi.

Ciri khas dari kurva distribusi frekuensi ditunjukkan dalam prosentase populasi yang terletak dalam satu atau dua standard devisi (SD) dari median (M) atau disebut selaku Lethal Concentration50 (LC50). Dosis median yakni dosis yang membagi populasi menjadi dua bab. Sedangkan mode merupakan nilai maksimum dari frekuensi distribusi.




Pada gambar 4.2: Dosis rendah (6 mg/kg) -> respon (mortality frequency): 1%

Perlu dosis threshold -> tanggapantiap individu terhadap takaran threshold berbeda.

Gambar 4.3 Diagram hubungan takaran-respon dalam bentuk grafik unit probit.

LD50 dapat dilihat dengan mempesona garis horizontal pada unit probit ke arah garis takaran. Perpotongan garis vertikal dan horizontal yakni titik LD50.

Analisis Probit

Dalam rangka untuk melinierkan kurva dosis-respon, dapat dijalankan dengan cara pengubah atau transformasi. Untuk mengkonversi seluruh kurva sigmoid menjadi suatu korelasi linear mampu dipakai analisis probit, yang tergantung pada unit standar deviasi yang dipakai. Kurva mampu dibagi menjadi banyak sekali standar deviasi dari sosi median.

Pada kurva normal di dalam sebuah standard setiap sisi dari median kurva yakni linier dan meliputi 68% indiidu. Sebanyak 94,4% individu dikenali berada di dalam dua kriteria deviasi (SD). Kurva takaran-tanggapanmenciptakan linier jika untuk takaran dipakai logaritmik.

Transformasi ini menimbulkan kita bermasalah takaran dengan garis yang benar-benar lurus karena kini telah diubah menjadi plot linier. Penggunaan kertas grafik probit dapat membuat plotting data menjadi relatif mudah. Dengan demikian maka sebuah takaran efektif atau Effective Dose50 (ED50) mampu diputuskan ketika dipengukuran respon biologis, farmalogis, dan fisiologis atau Toxix Dose50 (TD50) dimana respon toksik diukur.

Konversi dari Prosentase (%) ke dalam Unit Probit

Tabel 4.1 daftar konversi dari prosentase (%) ke dalam Unit Probit






Gambar 4.4 untuk membedakan derajat toksisitas dua senyawa A dan B Grafik senyawa A:

1. lebih landai dari garis senyawa B

2. diperlukan takaran yang besar untuk mencapai respon yang disignifikan 

Grafik senyawa B:

1. lebih curam dari garis senyawa A.

2. Diperlukan dosis yang kecil untuk meraih tanggapanyang signifikan.

Pada gambar 4.4 terlihat LD50 senyawa A dan B adalah sama:8 mg/kg, tetapi kemiringan garis berlawanan (A lebih landai dan B lebih curam).

Pada sumbangan senyawa B sebanyak setengah dosis LD50 (4 mg/kg), akan menjadikan kematian hewan percobaan sebanyak 20%.

Kesimpulan: Senyawa B lebih toksik dari senyawa A.

Dengan memplotkan hasil takaran-respon pada sebuah kurva maka banyak sekali senyawa berbeda pada plot dari sebuah kurva sehingga akan mampu membandingkan toksisitas relatif dari dua atau lebih senyawa. Pengukuran titik tamat (endpoint) toksisitas yang terukur, mampu bersifat farmalogi, biokimia, atau patologi tergantung masalah yang diteliti. Titik tamat dapat ditunuukkan sebagai pergantian prosentase atau proporsi.





Sumber: Mukono H. J. (2005). Toksikologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press. (Hal 29-33)



LihatTutupKomentar