- Banyak ilmuwan dari aneka macam disiplin memberikan derma terhadap ilmu komunikasi, antara lain Haroid D Lasswell (ilmu politik), Max Weber, Daniel Larner, dan Everett M. Rogers (sosiologi), Carl l. Hovland dan Pul Lazardfeld (psikologi), Wilbur Schramm (bahasa), serta Shannon dan Weaver (matematika dan teknik). Tidak mengherankan jika banyak disiplin telah terlibat dalam studi komunikasi, baik secara eksklusif maupun tidak langsung. Hal ini menurut Fisher (1986: 17) berarti bahwa komunikasi memang meliputi semuanya, dan bersifat sangat eklektif (menggabungan aneka macam bidang).
Sifat eklektif ilmu komunikasi dibilang oleh Schramm (1980) selaku “Jalan simpang paling ramai dengan segala disiplin yang melintasinya”. Schramm menghimpun ilmu komunikasi sebagai suatu oasis, yang ialah persimpangan jalan, tempat bertemunya banyak sekali ilmu (musafir) yang tengah dalam perjalanan menuju tujuan ilmunya masing – masing. Meskipun musafir itu ada yang cuma singgah sejenak, sumber daya dan ilmu yang dikembangkan dikala berhenti disana, menolong perkembangan ilmu/disiplin ilmu si musafir berikutnya dan sekaligus memperkaya oasis tersebut.
Apabila kita cermati, eklektisme komunikasi sebagai sebuah bidang studi tampak pada desain – rancangan komunikasi yang berkembang selama ini, yang sukses dirangkum oleh Fisher (1984) dalam empat golongan yang disebutnya perspektif (semacam paradima, teori, atau versi). Keempat perspektif itu yaitu: (1) perspektif mekanisme, (2) perspektif psikologis, (3) perspektif interaksinal, dan (4) perspektif pragmatis.
Pengaruh desain ilmu fisika sangt kelihatan pada perspektif mekanistis, yang merupakan perspektif paling awal dan terluas penganutnya. Lalu, pengaruh psikologi paling terang pada perspektif psikologis yang ialah pengembangan dari perspektif mekanistis dengan menerapkan teori *S – R (Stimuli – Respons). Kedua perspektif ini berkembang dan telah melahirkan banyak kajian.
Seperti halnya psikologi, ilmu komunikasi yang telah tumbuh selaku ilmu yang berdiri sendiri kemudian melaksanakan “perkawinan” dengan ilmu – ilmu yang lain yang pada gilirannya melahirkan banyak sekali subdisiplin seperti: komunikasi politik (dengan ilmu politik), sosiologi komunikasi massa (dengan sosiologi), dan psikologi komunikasi (dengan psikologi). Dengan demikian, psikologi komunikasi pun definisikan selaku “ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengatur kejadian mental dan behavioral dalma komunikasi” (Rakhmat, 1994: 9).
Komunikasi, berdasarkan Rakhmat, yaitu insiden sosial – kejadian yang terjadi ketika insan berinteraksi dengan manusia lain. Mencoba menganalisis insiden sosial secara psikologis, membawa kita pada psikologi sosial. Memang, jikalau ditanyakan letak psikologi komunikasi, kita condong meletakkannya selaku bab dari psikologi sosial. Karena itu, menurut Jalaluddin Rakhmat, pendekatan psikologi sosial juga ialah pendekatan psikologi komunikasi.
Sumber: PSIKOLOGI UMUM. Drs. Alex Sobur, M. Si. (Hal 68 – 69).