Down Syndrome

tunagrahita. Down syndrome ialah kelainan kromosom, yaitu terbentuknya kromosom 21. Kromosom ini terbentuk akhir kegagalan sepasang kromosom saling memisahkan diri ketika terjadi pembelahan. Sebenarnya, penyakit ini sudah diketahui semenjak 19866 oleh Dr. John Longdon Down. Namun, pada waktu itu kelainann ini belum terlalu menjamur seperti kini. 

Ciri-ciri down syndrome tampak nyata dilihat dari fisik penderita, contohnya tinggi tubuh yang relatif pendek, kepala mengecil, hidung yang datar mirip orang Mongolia. Maka, anak down syndrome ini juga dikenal dengan istilah Mongoloid. 

Gejala adanya down syndrome ini bisa tampak atau tidak tampak sama sekali. Selain ciri-ciri yang penulis sebutkan di atas tadi, masih ada ciri-ciri lain yang menjadikan anak down syndrome ini tampak khas. Biasanya, lapisan kulit penderita down syndrome ini terlihat keriput meskipun usianya masih muda. 

Kelainan ini juga mampu terjadi pada bayi yang baru saja lahir. Pada bayi baru lahir, kelainan mampu berupa Congenital Heart Disease. Kelainan ini yang bisanya berakibat fatal, yakni bayi mampu meninggal dengan segera. Pada tata cara pencernaan dapat dijumpai kelainan berbentuksumbatan pada esophagus (esophageal atresia) atau duodenun (duodenal atresia). 

Apabila anak sudah mengalami sumbatan pada organ tersebut, biasanya akan disertai muntah-muntah. Pencegahan dapat dilaksanakan dengan melaksanakan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil, terutama pada bulan-bulan permulaan kehamilan. Terlebih lagi, ibu hamil yang pernah memiliki anak dengan down syndrome atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun mesti dengan hati-hati memantau pertumbuhan janinnya sebab mereka mempunyai risiko melahirkan anak dengan down syndrome lebih tinggi. 



Sumber: Smart A. (2010). Anak cacat bukan akhir zaman: sistem pembelajaran & terapi untuk anak berkebutuhan khusus. Yogyakarta: Katahati. (Hal. 63-64)
LihatTutupKomentar