Eksistensialisme

Eksistensialisme ialah suatu filsafat yang secara khusus mendeskripsikan keberadaan dan pengalaman – pengalaman manusai dengan memakai metode fenomenologi. Pada eksistensialis mirip Heidegger dan Merleau Ponty memakai reduksi fenomenologis dan eidetic untuk mengungkap keberadaan dan pengalaman insan, namun mereka menolak reduksi transcendental alasannya adalah dinilai tidak realistic. Meski demikian, mereka setuju dengan hasil reduksi transendental, adalah bahwa kesadaran pada dasarnya ialah intensional dan dunia manusia intinya merupakan hasil penciptaan (pemaknaan) manusia dan insan hidup dalam dunia yang telah “diciptakan” atau dimaknakannya itu (Lebensweli).

Para eksitensialis sangat bersahabat dengan fatwa Kierkegaard dan juga, untuk sebagian, dengan ajaran Nietzsche. Kedekatan fatwa mereka disebabkan oleh fakta bahwa mereka sama – sama tertarik pada dilema eksistensi, subjektivitas, keautentikan hidup, dan pengalaman manusai. Yang membedakan ajaran mereka dari ajaran Kierkegaard dan Nietzsche khususnya terletak pada penggunaan metodenya. Mereka menggunakan fenomenologi, sedangkan Kierkegaard dan Nietzsche, tidak.

Berikut ini akan diuraikan beberapa temuan para eksitensialis perihal keadaan manusai dalam eksistensinya atau dalam hidup sehari – harinya. Temuan – temuan tersebut akan sungguh berfaedah untuk mampu lebih mengetahui analisis eksistensial.




Sumber: ANALISIS EKSISTENSIAL. Sebuah Pendekatan Alternatif untuk Psikologi dan Psikiatri. Dr. Zainal Abidin, M.Si. (Hal 15 )
LihatTutupKomentar