Kemajuan Gerakan Buruh Sepintas Kilas

Dapat dikatakan bahwa dalam masyarakat pra industrial tidka terdapat kebutuhan untuk pemeliharaan kekerabatan industrial alasannya adalah masyarakat tersebut pada umumnya ialah masyarakat petani yang melaksanakan kegiatannya dengan teknik dan sistem yang relatif sama dengan teknik dan tata cara bertani yang telah berlangsung turun temurun. Artinya, dibandingkan dengna penduduk industri, masyarakat pra industrial relatif statik. Kegiatan-acara di luar bidang pertanian pun, seperti contohnya pembuatan busana, cendekia besi dan pembangunan perumahan, mampu dibilang bebas dari atau sungguh sedikit dipengaruhi oleh apa yang akil balig cukup akal ini disebut teknologi alasannya adalah keterampilan untuk melakukan banyak sekali acara tersebut ialah ketarampilan yang diperoleh sebagai warisan dari generasi yang lebih tua.

Akan tetapi dalam pada itu roda sejarah terus berputar dan waktu pun terus berjalan. Berbarengan dengan perputaran roda sejarah, dinamika insan melahirkan aneka macam fenomena sosial dan ekonomi. Salah satu fenomena tersebut adalah timbulnya kota-kota yang bermula di Inggris sekitar abad kesebelasan. Dinamika kehidupan di tempat perkotaan melahirkan, antara lain, apa yang dikenal sebagai gilda.

Gilda yang pertama lahir adalah gilda pedagang yang bertugas mengatur lalu lintas jual beli di satu kawasan tertentu, umumnya dalam suatu metode monopoli yang diperoleh atas “kemurahan hati raja.” Jika pada awalnya perumpamaan perdagangan terbatas pada pemahaman perdagangan barang atau jasa, dalam pertumbuhan istilah perdagangan meliputi kegaitan-kegiatan menghasilkan dan menjual barang atau jasa tertentu. Pada era itu cuma anggota gildalah yang boleh berdangan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh gilda yang bersangkutan. Secara terencana para anggota gilda berkumpul, baik untuk menikmati hasil perdagangannya maupun untuk memutuskan peraturan-peraturan gres, juga untuk memilih dan mendapatkan anggota-anggota yang baru.

Sejarah sudah membuktikan bahwa sesuai dengan dinamika manusia dan penduduk , jumlah kota pun semakin bertambah banyak. Salah satu balasan dari kian banyaknya kota-kota gres yakni bahwa gilda-gilda yang ada mulai mempunyai kecenderungan pada aneka macam bidang keutamaan, mirip gilda pertenunan, gilda pedagang maka, gilda pembuat alat-alat penerangan dan lain sebagainya.

Pada kurun itu semua segi perekonomian masyarakat dikendalikan secara ketat oleh tiga pihak, ialah pemerintah tempat, para konsumen dan gilda. Dari ketiga kelompok yang berperan dalam pengaturan kehidupan perekonomian itu, gildalah yang paling lebih banyak didominasi peranannya. Dengan peranan gilda yang dominan itu, berkembang pula pola korelasi yang sangat penting artinya dalam tata kehidupan kemasyarakatan melalui mana dijamin bahwa:

a. jumlah orang yang menguasai suatu ketarampilan tertentu diadaptasi dengna kebutuhan masyarakat lokal;

b. mutu barang atau jasa mampu dipertahankan sesuai dengan keinginan konsumen atau pelanggan.

c. Harga yang mesti dibayar oleh pelanggan atau konsumen bersifat masuk akal dan adil;

d. Organisasi yang menciptakan barang atau jasa memperoleh laba yang masuk akal sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disepakati bersama antara tiga pihak yang disebut di atas.

Hal yang ketiga dan keempat di atas mempunyai relasi yang sungguh bersahabat alasannya apabila memasarkan barang atau jasa hasil karyanya, harga barang dan jasa itu telah identik dengan upah jerh payahnya sebab semua faktor biaya, mirip untuk materi dan tenaga, sudah diperhitungkan dengan harga jual. Yang menarik untuk diamati ialah bahwa jikalau terjadi pelanggaran terhadap kriteria upah, harga, kualitas dan tenaga yang sudah disepakati bersama, orang yang melanggar dapat diancam hukuman yang dipandang sungguh berat pada kala itu, yakni dikeluarkannya orang tersebut dari keanggotaannya dalam gilda.

Karena oraganisasi gilda yang masih sungguh sederhana dan jumlah tenaga yang dipekerjakan oleh seseorang pun kecil, telah barang pasti sifat korelasi karyawan dengan majikannya pada waktu itu sangat berbeda dengan apa yang dikenal kemudian. Dalam suatu pabrik, misalnya, akan ditemui beberapa pekerja, yaitu pemilik, dua atau tiga orang karyawan dan beberapa orang tenaga kerja baru yang sedang dilatih dalma sebuah keahlian tertentu lewat metode magang. Pada biasanya, dalam pabrik seperti itu tidak terdapat perbedaan status sosial yang mencolok karena semua anggota organisasi berasal dari lingkungan sosial yang serupa, bahkan tidak jarang datang dari keluarga yang serupa pula. Pimpinan pabrik – yang umumnya sekaligus pemilik – mengenal setiap bawahannya secara intim dan oleh balasannya merasa bertanggung jawab atas kesejahteraan mereka. Sistem gilda memungkinkan setiap pekerja meninggalkan tempatnya bekerja dan mengawali perjuangan sendiri jika ia telah diakui sebagai rang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan sedemikian rupa sehingga ia bisa menghasilkan barang atau jasa yang mutu dan harganya sama dengan permintaan dan permintaan para konsumen atau konsumen. Dengan perkataan lain, setiap karyawan adalah kandidat anggota gilda. Kenyataan ini membuat setiap pemilik suatu usaha sungguh berhati-hati dalam memperlakukan karyawannya alasannya adalah dengan sifat keahlian yang diharapkan pada waktu itu, dibutuhkan waktu sekitar enam tahun untuk melatih seorang magang sebelum ia dinyatakan lulus sebagai tenaga kerja terampil yang mampu berdiri sendiri.





Sumber: Umam K. (2012). Perilaku organisasi. Bandung: CV. Pustaka Setia. (Hal 330-333).
LihatTutupKomentar