Marxisme Sebagai Tata Cara

Validitas Marxisme sebagai tata cara untuk mengerti dunia ialah kelanjutan langkah logika. Metode ini ialah salah satu jalan yang dapat menghubungkan sejarah dengan aneka macam diskusi secara cepat dan dengan realitas ilmuniasi yang didefinisikan oleh dunia di sekeliling bahan nalar. Sejarah ialah faktor kontinyu yang dikomposisikan secara alamiah melalui kehidupan insan dan korelasi sosial dari kehidupan manusia itu sendiri. Ekonomi menjadi dasar determinasi kelancaran hidup, pergantian sejarah membutuhkan kelangsungan pergantian, dan sebaliknya juga benar. Masyarakat kurun pertengahan terkomposisi ke dalam komunitas yang cukup kecil, di mana para budak dipekerjakan untuk orang-orang aristokrat dan kependetaan. Bahkan mirip dahulu keetika para budah dipekerjakan secara bernafsu untuk laba kelas-kelas atas. Hasilnya mereka melakukan pekerjaan -menjajakan buatan masakan dan payung-selanjutannya bekerja-menjanjikan produksi makanan dan payung-berikutnya dapat disangka bahwa dunia mempertanyakannya dan gereja sedikit menjawab perihal kemungkinan keteraturan sosial. 

Berjuis berkembang dan menentang kekuasaan aristokrasi feodal, mengubah kekerabatan sosial. Ketika negara-negara kapitalis tiba dengna kekuatannya, kekerabatan buatan diubah secara drastis. Upah para buruh kerja mengalami kenaikan dari sebelumnya yang ditunjukkan oleh buruh tani yang kini behenti menggarap lahan. Mereka bekerja untuk kepitalis dalam sebuah metode yang berlainan dengan sebelumnya. Dengan tidak pernah kembalinya lahan dengan sebelumnya. Dengan tidak pernah kembalinya lahan terhadap mereka, orang-orang itu dipekerjakan selama 14-16 jam sehari dengan honor yang tidak mencukupi untuk kelangsungan hidup mereka dan tidak ada ganti rugi sama sekali atas kerja yang dilaksanakannya. Jika petani atau budak dijamin cuma kebutuhan hidup minimum dan diberi eksekusi kerja paksa, maka para pekerja yang mampu berdiri diatas kaki sendiri tidak mirip itu. Apabila korelasi sosial dalam proses produksi kapitalis telah menciptakan banyak sekali divisi yang lebih besar diantara orang-orang dengan cara meningkatkan alienasi bagi mereka. 

Untuk melampaui sejarah ini, dengan menerangkan pertentangan kelompok-golongan yang terlibat di dalamnya , kita akan dapat menyaksikan dengan terperinci aneka macam aspek kultural dari pengetahuan yang tidak dapat diperhatikan secara universal abstrak. Sejarah adalah dialektika-eksistensi yang saling menguntungkan, kebalikannya yang mampu menciptkan berbagai kemungkinan (dan kebutuhan) mengenai pergantian. Penegasian ada di dalam kehidupan kini. Kapitalisme mampu dimengerti dengan baik melalui cara –cara dialektis. Sistem ini ialah suatu tata cara yang bersifat represif bagi kelas para pekerja gres, namun itu juga menenteng keleluasaan untuk kaum borjuis yang sebelumnya tunduk kepada aristokrasi. Hal ini merupakan salah satu pertentangan kapitalisme. Hal lainnya, kapitalisme membuat suatu kelas dalam aneka macam pekerjaan dan mengeksploitasi. Perkembangan kelas itu mengikat para pekerja dalam sistem kapitalis untuk merusak kelas borjuis. 

Sebaliknya, korelasi yang bersiat timbal balik mampu ditemukan di dalam sikap manusia semenjak semula. Situasi keterikatan ganda (akan dibahas lebih lanjut dalam bagian 6 perihal “anti-psikiatri”) dengan mendatangkan kontradiksi-kontradiksi kehidupan, seperti halnya banyak faktor yang sukses mempengaruhi perilaku manusia. Realisasi dari ketidakbebasan bagi orang yang diposisikan pada keterikatan ganda menjadi daya dorong terjadinya pemberontakan melawan kekuasaan. 

Kebutuhan mirip itu melihat Marxisme selaku sistem, bukan selaku ilmu pengetahuan. Ketika Marx mengenggam alienasi dan eknomi politik, maka mengajari kita perihal bagaimana sebenarnya penyelidikan dalam aneka macam faktor dunia. Kita semestinya tidak mempercayai Marxisme terkodisikasi selaku ilmu wawasan atau iman. Kepentingannya yaitu suatu sistem. Sebuah sistem yang berlawanan dengan tata cara kebiasaan yang berusaha mendekati kenyataan, kebutuhan ini benar, sejak Marxisme selaku sebuah metode merefleksikan penggulingan masyarakat mewah . Marxisme memposisikan aktifitas kehidupan manusia, bahwa siapapun mampu mengubah dunianya. Akibatnya perhitungan tentang sejarah kelas dan perjuangannya, menjadi kenyataan dialektika yang jernih. Singkatnya, tampaknya boleh jadi susah untuk dimengerti mengapa psikologi timbul di sekeliling era ini. Seorang penganut Marxisme menggunakan pendekatan yang memungkinkan seseorang untuk menyelidiki berbagai alasasn: bahwa kita boleh mengawali dengan melibatkan psikologi selaku manifestasi, dalam jumlah banyak, tergolong teknologi dasar, ihwal korelasi ekonomi kapitalis; kita boleh mengetahui tugas psikiatri dan psikologi selaku penengah dalam struktur kelas ekonomi dan struktur emosonal personal. Penyelesaian sengketa dengan menggunakan sistem penengahan ini kemudian bisa diselidiki untuk menunjukkan secara lebih mendetail; sebagia acuan, teori kepribadian dalam psiologi sudah menyajikan paket-paket yang rapi dalam hal pengembangan insan (di mata para psikolog), dan pengembangan itu senantiasa berlawanan dengan asumsi yang “ajaib”. Mengapa klasifikasi asing dan normal itu ada? Sebab psikologi menggariskan secara singkat etika bagi warga negara yang berlaku dalam penduduk borjuis. Begitulah kiranya misteri yang terjadi pada “ilmu pengetahuan” psikologi sebagai penindasan yang faktual dengan psikologi berfungsi selaku kontrol sosial. 

Kesatuan prakterk dan teori dalam Marxisme sebenarnya menceritakan terhadap kita mengapa negara kapitalis melakukan itu, melakukan kekutan undang-undang dan pemikiran fungsi harianya. Kesatuan ini sama-sama menceritakan wacana rakyat jelata, perasaan mereka tertindas bukan imajinasi, tetapi refleksi mereka atas kebenaran penindasan setiap hari. Lebih lanjut, hal itu menceritakan kepada kita bagaimana pemberontakan kita bukan menyederhanakan keganjilan atau fenomena keterasingan, akan namun selaku realita integral kita untuk menegaskan kemanusiaan kita. 

Sejarah dengan sendirinya sudah berganti secara drastis sejak kemunculan Marx, tapi sejaarah melakukan pekerjaan mampu mengikut acuan yang serupa. Begitu pula tata cara tetap akan berfaedah sepanjang kita tidak membiarkannya berada dalam stagnasi pemikiran -gagaasn terdahulu dan tidak mengizinkan medel-versi yang statis menguasai kita. Marxisme mesti diselamatkan dari penafsiran vulgar, yang menghasilkan retorika kosong dan acara-acara mendasar yang tidak mengubah ekonomi kapitalis dengan ekonomi sosialis. Marxisme dapat memperlihatkan kepada kita bahwa rakyat boleh tinggal dalam kehidupan mereka yang berbeda dan membebaskan jalan bagi mereka jika mencoba menertibkan kenyataan. Hal itu mampu memberikan terhadap kita bahwa pembebasan bukanlah tujuan simpulan akan namun sebuah jalan hidup mirip semula. 

Bagaimana selanjutnya ”Kesadaran dan Keterasingan dalam Marxisme”, menerangkan kepada kita tentang relasi antara kondisi ekonomi dan kesadaran manusia, dan hal itu memberikan kepada kita, bagaimana dikatakan Jean-Paul Sartre Marxisme yaitu “sejarah itu sendiri menjadi sadar dengan sendirinya”. 





Brown P. (2005). Psikologi marxis. Yogyakarta: Alenia. (Hal. 17-21)
LihatTutupKomentar