- Metaetika, atau disebut juga akhlak kritikal (critical ethics), ialah kajian ihwal apa makna istilah dan teori etika yang bantu-membantu. Istilah ‘’meta” mempunyai arti sesudah atau luas, dan konsekuensinya kata metaetika menunjukkan pandangan tajam, luas dan dalam terhadap keseluruhan tema etika. Kita dapat mendefinisikan metaetika selaku kajian ihwal sumber dan makna dari konsep budbahasa terapan; metaetika ialah kajian yang paling akurat dalam mendefinisikan filsafat budpekerti.
Terdapat dua ajaran utama aliran, yakni realism dan nonrealisme, yang berupaya menjelaskan apa dan ihwal apa sesunggunya nilai – nilai etika itu. Realism, menyatakan bahwa nilai – nilai watak ialah property intrinsic dunia dan prinsip – prinsip adat dengan gampang mampu didapatkan atau dinikmati secara intuitif. Menurut persepsi ini, nilai – nilai budpekerti yang dianut insan dapa tsangat merefleksikan kebenaran berdikari di mana validasinya harus dinilai. Teori ini lazimnya diturunkan dari teologi atau naturalism, akhirnya lebih dikenal sebagai kajian metafisika. Aliran lain dari teori metaetika disebut non-realisme menyatakan bahwa nilai – nilai budpekerti ialah hasil kreasi, tergantung pada perasaan dan tujuan orang – orang sehubungan dengan diri mereka dan orang lain (emotivisme atau preskriptivisme) atau system keyakinan mereka (relativisme budaya atau individu). Terlepas dari nama “non-realist”, teorinya membahas realitas sebagai sesuatu yang penting dalam membentuk opsi manusia dari nilai – nilai etika. Hal ini hanya terjadi secara tidal langsung, misalnya, melalui psikologi perihal evolusi dan pertumbuhan kehidupan insan, atau secara langsung, misalnya, melalui penilaian atau debat orang – orang ihwal konsekuensi perilaku mereka.
Dua persoalan akan dibahas di sini, mencakup: (1) kajian metafisika, perihal apakah moralitas tampil mampu berdiri diatas kaki sendiri pada manusia, dan (2) kajian psikologik, mengenai dasar mental dari penilaian dan perilaku akhlak.
Sumber: Kode Etik Psikolog & Ilmuwan Psikologi. Aliah B. Purwakania Hasan (Hal 79 – 80)