- Pada tahun 1942, angkatan perang Jerman mempelajari bagaimana cara merawat paling efektif untuk mengobati orang yang mengalami pembekuan pada suhu yang sangat cuek (hypothermia) yang dapat menjinjing ajal. Pada ketika itu, ribuan pilot Jerman tertembak lawan dan jatuh ke Laut Utara pada subu beku, dan lalu sakit atau meninggal kedinginan. Ketika itu dikenali bahwa insan tidak dapat bertahan dari subu beku Laut Utama lebih dari satu atau dua jam.
Simulasi kondisi beku ini dibentuk di banyak sekali kamp konsentrasi, seperti Dachau, Aushwitz, dan Birkenau di bawah supervise Dokter Sigmund Rascher yang melapor langsung pada Heinrich Himmler, komando tinggi Jerman. Percobaan pembekuan ini dilaksanakan dalam dua bab. Pertama untuk melihat seberapa rendah suhu yang mampu menciptakan insan meninggal. Kedua, bagaimana cara terbaik untuk menyelamatkan korban yang mengalami hal tersebut. Untuk menjawab masalah pertama, para proposal Yahudi dan Rusi yang sehat, dipaksa untuk telanjang pada suhu di bawah pembekuan sampai sekitar 3 jam. Pengukuran dikerjakan dengan memasukkan alat ukur mental ked alma pelepasan insan. Didapati bahwa lazimnya subyek kehilangan kesadaran dan meninggal saat suhu tubuh turun sampai 770 F(250 C). tanda – tanda kematian berlansung dengan segera. Dalam menilik perjuangan evakuasi, mereka yang masih hidup pada suhu dibawah pembekuan diberikan banyak sekali teknik pemanasa kembali. Beberapa diberikan aneka macam desain pakaian pemanas, sementara yang yang lain ada yang dihangatkan melalui kopulasi. Berbagai teknik pemanasan tersebut lalu dibandingkan efektivitasnya.
Penelitian ini banyak membuat korban meninggal. Di Dachau saja dipergunakan sekitar 300 tawanan yang dipaparkan pada situasi eksperimental pembekuan, dan sekitar 80 – 90 orang tawanan meninggal selaku kesannya. Belum lagi di kamp fokus lainnya.
Sumber: Kode Etik Psikolog & Ilmuwan Psikologi. Aliah B. Purwakania Hasan (Hal 4 – 5)