Neuropsikologi

Definisi

Neuropsikologi mempelajari korelasi antara otak dan perilaku, disfungsi otak dan defisit sikap, dan melaksanakan asesmen dan treatment untuk perilaku yang berkaitan dengan fungsi otak yang terusik. Dalam lima tahun terakhir, neuropsikologi berkembang pesat. Ini tampakdari jumlah anggota asosiasi. Neuropsikologi, program pembinaan, makalah – makalah yang dipublikasikan, dan posisi – posisi tugas berkaitan dengan Neuropsikologi di Amerika Serikat yang meningkat (Phares, 1992). Sebagai ilmu, neuropsikologi dianggap selaku salah satu bab dari Biopsikologi. Bidang yang lain yang juga tergolong biopsikologi, dan psikologi perbandingan. Neuropsikologi ialah interface neurologi dan neurosains, yang dipacu oleh perkembangan yag sungguh pesat dalam penelitian biokimia, ilmu faal, histologi susunan saraf pusat.

Neuropsikolog berasumsi bahwa perilaku insan, kepribadiannya, proses psikopatologi dan strategi kognitif diantara (mediated) oleh otak (Carlson, 1992). Neuropsikologi klinis ialah cabang psikologi klinis yang bermaksud mendeteksi dan mendiagnosis proses neuropatologi, dan menjembatani gap antara neurologi dengan ilmu – ilmu perilaku. Neuropsikologi klinis melaksanakan penilaian kekuatan dan kekurangan aspek kofnitif, faktor perilaku dan faktor psikologis, serta memilih korelasi dengan fungsi otak (Newmark, 1985).

Anteseden/Penyebab Gangguan Otak Organik

Penerapan neuropsikologi dengan demikian jelas memakai pedekatan medik, dan perlu mengenali apa saja penyebab atau anteseden dari organic brain damage. Ada 6 variable yang dapat ialah anteseden dari gangguan fungsi otak, yaitu:

  1. Trauma, yang dimaksud dengan syok sangat luar, mulai paling parah (goresan kendaraan beroda empat) hingga yang paling ringan (jatuh dari kawasan tidur). Ada 3 perumpamaan untuk stress berat pada otak, ialah gegar otak (concussion), pendarahan otak (contusion), dan robek otak (laceration).
  2. Vascular accidents, adalah terjadinya penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak.
  3. Tumor, tumor di otak, gejala yang ditampil kadang – kadang terkesan ringan (sakit kepala, gangguan pandangan), tetapi bila memang ada, alhasil mampu fatal.
  4. Penyakit degeneratif, ialah penyakit yang menyebabkan terjadinya kemunduran, contohnya dementia jenis Alzheimer, dan lain – lain.
  5. Defisiensi nutrisi (kurang gizi).
  6. Keracunan, yang mampu mengakibatkan seseorang mengigau (delirium).

Pendekatan dan Interpretasi Hubungan Otak dan Perilaku

Ada dua pendekatan untuk menginterpretasi hubungan gejala gangguan perilaku dengan kerusakan otak, ialah: lokalisasi dan leteralisasi. Pendekatan lokalisasi menyatakan bahwa kerusakan pada bagian otak tertentu menyebabkan gangguan pada fungsi tertentu pula.

Pendekatan lokalisasi ini tidak sejalan dengan prinsip equipotential – bahwa semua bab otak ikut terlibat dalam sebuah kerusakan, bukan cuma sebagian. Pendekatan laterisasi menyatakan bahwa ada perbedaan yang fundamental antara fungsi otak kiri dan fungsi otak kanan. Pandangan ini menimbulkan pertanyaan ihwal orang – orang left-handed dan right-handed.

Metode Asesmen Neuropsikologi

Ada pendapat yang berlainan mengenai pelaksanaan tes neuropsikologi, yaitu dalam tata cara (dengan baterai kriteria atau baterai khusus sesuai klien), administrasi (satu alat tes atau lebih ) dan interpretasi (kualitatif atau kuantitatif. Sehubungan dengna hal administrasi, acuan tes tunggal untuk asesmen neuropsikologi adalah Wechsler Memory Scale (WMS) untuk mengukur kenangan, Wechsler Bellevue Subtes Hold dan Don’t Hold untuk mengukur ada tidaknya kemunduran inteligensi, Bender-Gestalt untuk dugaan kerusakan otak. Baterai neuropsikologi yang sering digunakan ialah Luria-Nebraska dan Halstead-Reitan. Yang terakhir mengukur tingkatan defisit fungsi otak yang dinyatakan dalam angka NDS atau Neuropsychological Deficit Scale (Wolfson, 1993). Dalam hal interpretasi dokter cenderung melaksanakan interpretasi kualitatif, sementara psikologi kuantitatif.

Geografi, Fungsi dan Problema Gangguan Otak

Daerah – tempat tertentu otak mempunyai fungsi – fungsi tertentu. Daerah frontal diduga berfungsi sebagai komparator dan bisa menanggulangi inertia (inertia overcoming). Kerusakan pada bagian ini menjadikan frontal lobe syndrome yang ditandai dengan menurunnya beberapa fungsi seperti: pengendalian impuls, penilaian sosial, kemampuan membuat planning, kepedulian akan akibat perilaku, apatis, curiga, temper tantrum. Seringkali tidak jelas adanya kemunduran fungsi kognitif, namun pergeseran kepribadian yang terjadi sungguh terang, dan sulit diterangkan penyebabnya (Phares, 1992).

Ada juga gangguan temporal lobe personality yang diduga berhubungan dengan fungsi linguistik. Simtomnya antara lain: senantiasa memberi makna personal dan emosional atas peristiwa umumsehingga mengakibatkan kesan paranoid, kecenderungan terpaku pada suatu hal (sticky), dan menawarkan perilaku hypergraphic (Bernstein & Nietzel, 1985).

Gangguan pada daerah parietal disangka berakibat pada persepsi taktil – kinestetik. Gangguan pada daerah oksipital disangka berpengaruh pada fungsi visual. Kerusakan otak dapat dideteksi melalui teknik investigasi kedokteran neurologi, antara lain MRI (magnetic resonance imaging), EEG (electro encephalography), serta PET (pository emmision tomography).





Sumber: Pengantar Psikologi Klinis. Suprapti Slamet I.S. – Sumarmo Markam (Hal 177 -181)
LihatTutupKomentar