Penggunaan Prinsip Dosis-Respon Dalam Lingkungan

Dalam praktik sungguh susah untuk mengkuantifikasi takaran dan menentukan kapan dikala hubungan dengan spesies bukan insan, bahkan tidak mudah untuk menjelaskan imbas sebuah zat toksik terhadap makhluk hidup. Zat toksik terlepas ke dalam lingungan, susah untuk ditentukan apakah hal tersebut sudah menghipnotis spesies tertentu.

Banyak proses lingkungan yang beraksi mengubah zat kimia menjadi senyawa lainnya. Senyawa tersebut beraksi mengubah zat kimia yang bahwasanya menghipnotis lingkungan atau organisme.

Hubungan dosis-tanggapansungguh penting dalam terjadinya keracunan. Kerusakan pada bagian organisme dapat dikelola dengan cara diabsorpsinya toksikan oleh mikrooganisme, degradasi dan eliminasi toksikan. Semua organisme yang berada di sekeliling bahan kimia baik alami maupun buatan akan mengalami keracunan kalau terpapar secara berlebihan. Adalah penting mengenali posisi bahan kimia di udara, air, dan tanah. Untuk mudahnya lingkungan fisik digolongkan menjadi empat komparteman, adalah atmosfer (udara), hidrosfer (air), litosfer (tanah), dan biosfer (organisme hidup/biota).

Penyebab Zat Toksik

Sebagai teladan penyebaran zat toksik ialah petani buah menyemprotkan pestisida (parathion, malathion) untuk mengendalikan hama buah apel, suatu acara yang lazim dijalankan oleh petani buah. Kita juga dapat melihat insiden terlepasnya bahan kimia yang serupa balasan kecelakaan industri kimia atau tumpahan.

Dalam pemakaian pestisida (parathion, malathion) oleh petani buah, yang menjadi perhatian utama ialah kesehatan insan (toksikologi insan) dan kadar residu parathion yang ada dalam buah apel.

Pada penyebaran zat toksik di dalam badan yang perlu diperhatikan ialah:

1. korelasi antara kadar external depresi agent dengan kadar egent pada darah, urine, paru, tulang, dan organ lain.

2. Equilibrium rate

Dosis external contact pada strss agent dan internal dose yaitu berlainan pada setiap agent/toksikan. Perbedaan tersebut tergantung kepada sifat biofisik dan bikimia dari agent, sifat paparan, sifat portal of entry dan pathway menuju ke critical site (sasaran kritis).

Keberadaan Zat Toksik dalam Lingkungan

Pada peristiwa penyemprotan tersebut perlu diamati beberapa pertanyaan yang harus dijwab secara terperinci dan peran, adalah:

1. Apa yang terjadi pada pestisida tersebut (parathion, malathion)?

2. Apa yang terjadi dengan adanya pergeseran pada lingkungan?

3. apa yang mempengaruhi persistensi dari bahan pestisida tersebut?

4. apa yang mempengaruhi mutu pestisida tersebut di dalam air tanah?

5. Apa yang mensugesti penguraian pestisida oleh basil?

6. Apa akiat jangka pendek dan panjang terhadap kesehatan manusia?

Respon terhadap Dosis

Respon dari suatu dosis materi kimia mesti dapat dikuantifikasi atau terukur serta harus berhubungan dengan mekanisme tertentu. Namun hal tersebut seringkali susah untuk dicapai. Lebih sering data tersebut diplotkan sehingga menghasilkan suatu kurva yang secara grafis dapat menawarkan kekerabatan dosis-respon.

Kadar materi tertentu seperi vitamin A, niasin, selenium, dan beberapalogam seperti tembaga dan cobalt kalau kadarnya lebih tinggi dari kisaran normal akan mengakibatkan keracunan. Apabila kadar yang lebih rendah dari kisaran yang diharapkan akan mengakibatkan defisiensi dan mampu menyebabkan kelainan fisiologis.

Hubungan takaran-respon mempunyai asumsi mirip:

a. Respon toksik yaitu tugas konsentrasi zat toksik pada target organ.

b. Konsentrasi pada sasaran organ berhubungan dengan takaran.

c. takaran secara kasatmata berkaitan dengan senyawa yang diberikan.


Data Respon Keracunan

Misalkan kita ingin mengenali toksisitas sebuah ion logam, seperti forum, sebelum digunakan untuk mengatur aiga. Kita memaparkan 10 ekor udang (atau Daphnia spp) dengan jenis kelamin yang sama terhadap 5 fokus forum selama 4 hari observasi.

Prosentase data kematian untuk waktu pengamatan tertentu diplotkan terhadap konsentarsi tembaga untuk setiap waktu observasi. Gambaran yang terjadi sesuai untuk populasi secara alami. Kebanyakan udang bertingkah mendekati rerata serta sangat terpengaruh pada kisaran sempit konsentrasi materi racun (ion tembaga). Namun ada sedikit udang yang menunjukkan sensitivitas tertentu atau resisten terhadap racun tembaga tersebut. Didapatkan bahwa LC50 dalam 14 jam yakni 3,2 mg/ion tembaga. Nilai LC50 dari bahan kimia lain mampu diperoleh dengan memplotkan terhadap waktu tertentu. Gambaran dari kurva materi kimia lainnya contohnya mampu dibaca bahwa nilai LC50 untuk 24 dan 96 jam masing-masing yaitu 2,5 mg/l dan 1,8 mg/l tembaga.

Respon Berjenjang (Graded respone)

Dalam respon berjenjang akan berlaku ketentuan bahwa kalau takaran ditingkatkan maka respon dari badan akan meningkat pula. Sebagai acuan adalah akan terjadi tanggapanberjenjang apabila sejumlah 30% sel darah merah (erythrocyte) dihambat oleh enzim acethyl choline estrase (AchE).



Sumber: Mukono H. J. (2005). Toksikologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press. (Hal 38-41)
LihatTutupKomentar