Terapi Autisme Harus Terpadu

Gangguan di otak tidak dapat disembuhkan. It isn’t cur able but treatable (tidak mampu disembuhkan, tapi mampu diatasi), dengan terapi dini, terpadu, dan intensif. Gejala-gejala autism mampu dikurangi, bahkan dihilangkan sehingga anak bisa bergaul secara normal, berkembang selaku orang cukup umur yang sehat, berkarya, bahkan membina keluarga. Hal ini dikarenakan intervensi dini menciptakan sel-sel otak tumbuh, menutup sel-sel lama yang rusak.

Jika anak autis tidak terlambat menerima intervensi sampai akil balig cukup akal maka tanda-tanda autis mampu menjadi makin parah, bahkan tidak tertangani. Melalui beberapa terapi, anak autis akan mengalami pertumbuhan mirip anak normal lainnya. Keberhasilan terapi tergantung beberapa factor berikut ini.

  • Berat-ringannya tanda-tanda, tergantung pada berat-ringannya gangguan di dalam sel otak.
  • Makin muda umur anak pada saat terapi dimulai, semakin besar kemungkinan berhasil. Umur ideal ialah 2-5 tahun, dikala sel otak masih mampu dirangsang untuk membentuk cabang-cabang neuron baru.
  • Makin pintar anak kian cepat menangkap hal-hal yang diajarkan.
  • Kemampuan bicara dan berbahasa, tidak semua penyandang autisme berhasil berbagi fungsi bicara dan berbahasa. Dua puluh persen penyandang autisme tidak bisa bicara seumur hidup, sedangkan sisanya ada yang mampu bicara tetapi sulit dan kaku, ada pula yang mampu bicara lancer. Tentunya saja, mereka yang fungsi bicaranya dan berbahasanya baik akan lebih mudah diajar berkomunikasi. Anak autis yang tidak mampu bicara (non-lisan) bisa diajarkan kemampuan cara lain, adalah dengan mesin tik, gambar-gambar (PEC, COMPIC), atau bahasa arahan.
  • Intensitas terapi, yaitu terapi mesti dilakukan sungguh intensif. Sebaliknya, terapi formal dijalankan 4-8 jam seharu. Disamping itu, seluruh keluarga pun harus ikut terlibat melakukan komunikasi dengan anak, sejak anak banging pagi hingga tidur malam hari.

Berbagai jenis terapi bagi anak autis, antara lain terapi perilau (behavior therapy), terapi okupasi, terapi wicara (speech therapy), terapi biomedis, terapi medikamentosa, dan pendidikan khusus. Sebaliknya, seblum terapi setiap anak mendapat evaluasi lengkap dari doktera dan terapis, dengan kurikulum perorangan menurut kebutuhan dan kesanggupan anak dalam setiap bidangnya. Berikut ini berbagai macam terapi bagi anak autis.

1. Terapi medikamentosa

Terapi ini dikerjakan dengan obat-obatan yang bertujuan memperbaiki komunikasi, memperbaiki respon kepada lingkungan, dan menghilangkan sikap ajaib serta diulang-ulang. Dalam kasus ini gangguan terjadi di otak sehingga obat-obatan yang dipakai ialah yang bekerja di otak.

2. Terapi biomedis

Terapi ini bertujuan memperbaiki metabolisme badan melalui pembatasan makanan dan perlindungan embel-embel. Terapi ini dikerjakan berdasarkan banyaknya gangguan fungsi tubuh, seperti gangguan pencernaan, alergi, daya tahan tubuh rentan, dan keracunan logam berat. Berbagai gangguan fungsi tubuh ini kesannya mensugesti fungsi otak.

3. Terapi wicara

Umumnya, terapi ini menjadi keharusan bagi anak autis karena mereka mengalami keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa.

4. Terapi sikap

Terapi ini bertujuan semoga anak autis dapat menghemat sikap tidak wajar dan menggantinya dengan sikap yang bias diterima di masyarakat.

5. Terapi okupasi

Terapi ini bermaksud menolong anak autis yang memiliki pertumbuhan motorik kurang baik, antara lain gerak-geriknya kasar dan kurang luwes. Terapi okupasi akan menguatkan, memperbaiki koodinasi dan keterampilan otot halus anak.

Selain itu, anak autis juga memerlukan pendidikan khusus, yaitu pendidikan perorangan terstuktur yang diterapkan dengan sistem satu guru satu anak. Sistem ini paling efektif karena mustahil anak autis memusatkan perhatian dalam satu kelas besar.







Sumber: Danuatmaja B. (2003). Terapi anak autis di rumah. Jakarta: Puspa Swara, Anggota Ikapi. (Hal. 6-9)
LihatTutupKomentar