Timbulnya Sugesti

Timbulnya sugesti selaku dasar interaksi sosal didahului oleh berbagai pandangan para mahir yang memiliki kesamaan walaupun dengan ungkapan yang berbeda satu dengan yang lain.

1. Masmer dengan konsepsinya Animal Magnitism. Dalam konsepsinya beliau menyampaikan bahwa jika orang-orang pada suatu dikala saling menjamah seseorang yang berpengaruh, mereka akan mengikuti suaranya.

2. Baid dengan konsepsinya Idio Motor Response. Baid menyampaikan adanya hypnotism untuk menggambarkan tanda-tanda di bawah imbal kata/diskusi dan hipnotisme tersebut dibatasi oleh lapangan kesadaran.

Ia memperingatkan betapa pentingnya perhatian individu, karena banyak isi jiwa individu diakibatan oleh pengamatan kepada tingkah laris individu lain sehingga individu yang bersangkutan condong mencontoh tingkah laris individu lain secara impulsif.

Ahli lain seperti Liebeault menyamakan rancangan sugesti dengan hypnotism, sedangkah Berbuheim mengembangkan konsep ini menjadi suggestive-psychotherpy, artinya pengobatan kepada kejiwaan lewat insiden sugesti. Sedangkan Y. M. Charcot menolak konsepsi hypnotism ini alasannya adalah dalam hipnotisme terjadi keretakan kepribadian/dissosiasi dan hal ini tidak disadari dalam tingkah laris umumnya.

Lebih lanjut Sidis menyebutkan hypnotism sebagai gejala abnormal sigstibility, yang ditandai oleh dissosiasi dan disaggregation dari kesadaran.

3. Kesadaran yang berantakan, konsepsi dari Gustave le Bon. Buah anggapan Gustave le Bon dituliskan dalam buku La Psychologie des foules yang lalu diterjemahkan oleh The Crowd, memusatkan perhatian pada tingkah laku individu dalam hubugannya dengan suasana massa.

Menurut Gustave le Bon, tingkah laku individu dalam suasana massa berbeda dengan tingkah laris individu biasa, sepertinya individu lebih impulsive, gampang tersinggung, agresif, mudah terbawa arus sentiment, kurang rasional, tersugesti, dan sebagainya.

Dari hal penyelidikannya, sampailah Gustave le Bon pada kesimpulan bahwa dalam situasi massa terdapat ciri-ciri berikut.

a. Individu akan kehilangan rasa tanggung jawab. Dalam suasana massa, individu kehilangan kepribadiannya, walaupun cuma bersifat semu. Hal ini disebabkan sebab dalam situasi massa kepribadian individu diganti dengan kepribadian massa, yang merupakan hal yang bersifat abstrak.

Kepribadian massa ialah kekuatan/pendorong bagi setiap individu untuk bertingkah laris dalam suasana massa, tingkah laku yang bersifat bergairah, irasional, otomatis, dan tidak didasarkan atas ajaran sehat.

b. Individu terkena infeki jiwa. Dalam situasi massa, jiwa insan it uterus-menerus merambat pada setiap anggota massa sehingga makin usang mereka tinggal di dalam massa, kian tebal jiwa yang tertanam pada diri individu.

Seringkali terjadi pula, jiwanya merambat terhadap individu lain yang di luar massa sehingga kondisi ini akan mampu mengubah jumlah anggota massa tersebut.

c. Jiwa massa sungguh sugestif. Jiwa massa yang menghinggapi setiap individu anggota massa memiliki ssifat sugestif. Dengan demikian, jiwa itu bersifat memengaruhi dan kian usang tertanam lebih mendalam pada setiap individu massa.

Keadaan ini mampu terlihat jelas pada tingkah laku individu anggota massa, mirip adanya kekompakan pada massa yang menyebabkan timbulnya tingkah laku yang seragam, tingkah alku yang lebih bernafsu dari sebelumnya, dan tingkah laris yang dikendalikan oleh emosional.







Sumber: Santoso S. (2004). Dinamika golongan (Rev. ed.). Jakarta: PT Bumi Aksara. (15-17).
LihatTutupKomentar