Tunagrahita

Tunagrahita merupakan perumpamaan yang dipakai untuk menyebut anak atau orang yang mempunyai kesanggupan intelektual di bawah rata-rata atau bisa juga disebut dengan retarasi mental. Tunagrahita ditandai dengan kekurangan inteligensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.

Keterbatasan inilah yang menciptakan para tunagrahita sukar untuk mengikuti acara pendidikan seperti anak kebanyakan. Oleh alasannya adalah itu, anak-anak ini membutuhkan sekolah khusus dengan pendidikan yang khusus pula. Ada beberapa karakteristik tunagrahita, adalah:

1. Keterbatasan Inteligensi

Yang dimaksud keterbatasan inteligensi adalah kemampuan mencar ilmu anak sangat kurang, utamanya yang bersifat absurd, seperti membaca dan menulis, mencar ilmu dan berhitung sangat terbatas. Mereka tidak mengerti apa yang sedang dipelajari atau cenderung belajar dengan membeo

2. Keterbatasan Sosial

Anak tunagrahita mengalami hambatan dalam mengurus dirinya di dalam kehidupan masyarakat. Oleh alasannya itu, mereka memerlukan pertolongan. Anak tunagrahita cenderung berteman dengana an yang lebih muda usianya, ketergantungan kepada orangtua sangat besar, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga gampang dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan akibatnya.

3. Keterbatasan Fungsi Mental Lainnya

Anak tunagrahita membutuhkan waktu yang lebh usang dalam menyelesaikan reaksi pada situasi yang gres dikenalnya. Mereka menawarkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang berkala dan secara konsisten. Anak tunagrahita tidak dapat menghadapi sesuatu aktivitas atau tugas dalam rentang waktu yang usang. Ia memiliki kekurangan dalam penguasaan bahasa, bukan mengalami kerusaan artikulasi, melainkan alasannya adalah sentra pembuatan pengindraan katanya kurang berfungsi. Mereka membutuhkan kata-kata faktual yang sering didengarnya. Latihan sederhana, seperti melaksanakan konsep-desain, perlu pendekatan yang lebih ril dan nyata (contohnya, panjang dan pendek).

Berdasarkan tinggi rendahnya kecerdasan inteligensi yang diukur dengan menggunakan tes Standford Binet dan skala Wescheler (WISC), tunagrahita digolongkan menjadi empat golongan:

· Kategori Ringan (moron atau Debil)

Pada klasifikasi ringan, memiliki IQ 50-55 sampai 70. Berdasarkan tes Binet kemampuan IQ-nya menunjukkan angka 68-52, sedangkan dengantes WISC, kesanggupan IQ-nya 69-55. Biasanya, anak ini mengalami kesulitan di dalam berguru. Dia lebih sering tinggal kelas dibandingkan naik kelas.

· Kategori Sedang (Imbesi)

Biasanya memiliki IQ 35-40 hingga 50-50. Menurut hasil tes Binet IQ-nya 51-36, sedangkan tes WISC 54-40. Pada penderita sering ditemukan kerusakan otak dan penyakit lain. Ada kemungkinan penderita juga mengalami disfungsi saraf yang mengganggu keterampilan motoriknya. Pada jenis ini, penderita dapat dideteksi sejak lahir karena pada masa pertumbuhannya penderita mengalami keterlambatan keterampilan mulut dan sosial.

· Kategori Berat (Severe)

Kategori ini mempunyai IQ 20-25 hingga 35-45. Menurut hasil tes Binet IQ-nya 32-20, sedangkan menurut tes WISC, IQ-nya 39-25. Penderita memiliki abnormalitas fisik bawaan dan kendali sensori motor yang terbatas.

· Kategori Sangat Berat (Profound)

Pada kategori ini penderita mempunyai IQ yang sangat rendah. Menurut hasil skala binet IQ penderita di bawah 19, sedangan menurut tes WISC IQ-nya di bawah 24. Banyak penderita yang mempunyai cacat fisik dan kerusakan saraf. Takk jarang pula penderita yang meninggal.







Sumber: Smart A. (2010). Anak cacat bukan kiamat: tata cara pembelajaran & terapi untuk anak berkebutuhan khusus. Yogyakarta: Katahati. (Hal 49-51)
LihatTutupKomentar