Budaya Dan Kemajuan Kepribadian

Kepribadian manusia senantiasa berganti dari sepanjang hidupnya dari arah – arah huruf yang lebih jelas dan matang. Perubahan – pergantian tersebut sangat dipengaruhi lingkungan dengan fungsi – fungsi bawaan sebagai sadarnya. Stern (dalam Saffer, 1985) menyebutnya sebagai Rubber Band Hypothesis (Hipotesis ban karet). Predisposisi seseorang diibaratkan sebagai ban karet dimana aspek – faktor lingkungan memilih hingga seberapa panjang ban karet tadi akan diratik atau direntangkan. Dari hipotesis di atas tentunya mampu ditarik hipotesis lanjutan bahwa bahwa adanya member imbas pada kemajuan kepribadian seseorang. Perubahan – pergeseran yang terjadi pada seorang Amerika dikala beranjak dewasa tentunya sungguh berbeda dengan pergeseran – pergantian yang terjadi pada laki – laki yang bukan berasald ari Amerika dikala beranjak akil balig cukup akal.

Hasil penelitian ternyata memperlihatkan temuan yang berlawanan. Perdebatan diawali oleh Gutman (1976, dalam Price, 2002) yang menyatakan bahwa bantu-membantu ada suatu keurutan (sequence) yang universal dalam perkembangan kepribadian manusia. Ia mengidentifikasi tiga tahapan yang dialami laki-laki Amerika dalam arah kedewasaannya. Dalam setiap tahap, individu melihat diri mereka dan dunia mereka dengan cara dan dalam persepsi yang berlawanan, memiliki dorongan – dorongan (Drives) yang setiap tahapnya juga berbeda, dan begitu juga dengan gaya pertahanan dirinya. Secara tipikal, dari usia 40 tahun sampai 54 tahun, seorang individu akan memusatkan perhatian pada dirinya sebagai pengontrol dunianya. Selama masa ini dia bersusah payah untuk memandirian dan prestasi yang labih tinggi terutama di kawasan kerja dan lingkungan sosialnya. Tahap kedua, dari usia 55 tahun sampai 70 tahun, individu berubah lebih akomodatif kepada dunia. Ia menjajal mendapatkan dunia selaku apa adanya. Ia menyadari bahwa mengubah dirinya ialah lebih penting ketimbang mengubah dunia. Dalam tahap ini motivasi prestasi dari kebutuhannya akan otonomi menurun. Terakhir, sehabis usia 70 tahun, individu lebih banyak menggunakan strategi pertahanan regresi semacam denial ataupun proyeksi untuk memelihara dan menjaga harga diri dan perasaan kemanannya.

Untuk mengambarkan keyakinannya, Gutman melaksanakan perbadingan studi pada orang – orang akil balig cukup akal dari Indian Maya Meksiko. Ia mengambil subyek dari lelaki sampaumur dari suku ini, yang usianya berkisar antara 30 sampai 90 tahun. Gutman menfokuskan penelitiannya pada pandangan para responden mengenai periode depan dan bagaimana tugas seharusnya dari seorang tua.

Pertanyaan yang diajukan adalah apakah yang menciptakan mereka bahagia. Ditemukan adanya perbedaaan jawaban ditinjau dari perbedaan rentang usia. Responden yang berusia di atas 50 tahun terlihat lebih pasif dibandingkan responden yang berusia di bawah 50 tahun. Para responden yang berusia lebih dari 50 tahun memandang kebahagiaan selaku sesuatu yang indah, mendatangi teman dan keluarga, mendengarkan music, tidak sakit, dan tidak mempunyai persoalan. Sebaliknya, reponden yang lebih muda menawarkan balasan yang selalu terkait dengan kerja dan prestasi. Kesehatan tubuh sampai bisa melakukan pekerjaan , cuaca yang menolong sampai panen mampu berhasil. Ketika diajukan pertanyaaan apa yang mereka khawatirkan di esok hari, responden yang lebih tua lebih mengkhawatirkan kesehatannya, keluarga, dan makanan. Gutman juga menanyatakan, jika mereka tidak senang apa yang mereka lakukan untuk menciptakan bahagia kembali. Terkait dengan tanggapan sebelumnya, responden yang lebih muda lazimnya menawarkan jawaban yang arahnya pada usaha diri untuk melaksanakan evaluasi kembali kerja mereka dan beruaha lebih keras. Sebaliknya, reposnden yang lebih tua memberikan jawaban yang selalu terkait dengan kerja dan prestasi; kesehatan tubuh sampai bisa melakukan pekerjaan , cuaca yang bisa menolong hingga panen mampu sukses. Ketika diajukan pertanyaan apa yang mereka khawatirkan diesok hari, responden yang lebih muda mencemaskan keadaan pasar atau kegagalan panen, sedangkan responden yang lebih tua lebih mengkhawarikan kesehatan, keluarga, dan makanan. Gutman juga menanyakan; jikalau mereka tidak berbahagia apa yang membuat mereka senang kembali. Terkait dengan tanggapan sebelumnya, responden yang lebih muda menawarkan jawaban yang arahnya pada pencarian pinjaman; semacam pergi ke Bunda Maria, Dokter, ataupun mencukupi kembali kebutuhan obat dan masakan. Terakhir, Gutman membolehkan responden untuk bertanya pada peneliti. Hal ini dijalankan untuk melihat perbedaan tipe yang lebih muda mengajukan pertanyaan yang lebih obyektif, semacam pekerjaan interviewer, gajinya, dan pelatihan untuk mampu menjadi interviewer. Reponden yang lebih tua menanyakan mengapa interviewer menanyakan pertanyaan – pertanyaan semacam itu dan semua orang yang mau mendengar rekaman wawancara yang sudah dilakukan.

Kesimpulan lazim ditarik Gutman dari serangkaian penelitiannya yaitu adanya pergeseran – pergantian kepribadian ditinjau dari semakin bertambahnya usia dimana perubahan – perubahan tersebut didapatkan sama antara responden Amerika dengan responden Indian Maya. Semakin bertambah tua seseorang, tampak makin pasif, motivasi berprestasi dan keperluan otonomi semakin turun, dan locus of control dirinya semakin mengarah ke luar (eksternal) (Price, 2002).







Sumber: PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA. EdisiRevisi. TriaDayakisni. SalisYuniardi (Hal 64 – 65)
LihatTutupKomentar