Diagnosis Retardasi Mental

retardasi mental dengan sempurna, perlu diambil anamnesis dari orangtua dengan cermat tentang kehamilan, persalinan, dan kemajuan anak. Bila mungkin dilakukan juga pemeriksaan psikologis, jika perlu diperiksa juga di laboratorium, diadakan penilaian pendengaran dan bicara. Observasi psikiatrik di samping retardasi mental. 

Tingkat kecerdasan inteligensia bukan satu-satunya karakteristik, melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah besar keterampilan spesifik yang berbeda. Penilaian tingkat kecerdasan mesti berdasarkan semua info yang tersedia, tergolong temuan klinis, sikap adaptif, dan hasil tes psikometrik. Untuk diagnosis, yang pasti mesti ada penurunan tingkat kecerdasan yang menyebabkan berkurangnya kesanggupan pembiasaan terhadap tuntutan dari lingkungan sosial lazimsehari-hari. Pada investigasi fisik pasien dengan retardasi mental, dapat didapatkan banyak sekali macam pergantian bentuk fisik, contohnya perubahan bentuk kepala: mikrosefali hidrosefali, dan down syndrome. Wajah pasien dengan retardasi mental sangat gampang dimengerti, seperti hipertelorisme, lidah yang menjulur keluar, gangguan kemajuan gigi, dan ekspresi muka terlihat tumpul. 

Kriteria diagnosis retardasi mental berdasarkan DSM-IV-TR ialah selaku berikut: 

· Fungsi intelektual yang secara signifikan di bawah rata-rata IQ kira-kira 70 atau dibawahnya pada individu yang dilaksanakan test IQ; 

· Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit berjumlah dua, contohnya komunikasi, kemampuan membantu diri sendiri, berumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan, dan keamanan; dan 

· Onsetnya sebelum berusia 18 tahun. 








Sumber: Smart A. (2010). Anak cacat bukan kiamat: sistem pembelajaran & terapi untuk anak berkebutuhan khusus. Yogyakarta: Katahati. (Hal. 68-69).
LihatTutupKomentar