Hal – Hal Yang Diperlukan Dalam Penelitian

Beberapa pendapat mengatakan bahwa observasi kebanyakan ialah kegiatan yang sangat terhormat, mahal, elite, bergensi, dan sarat petualangan. Pernyataan ini berargumentasi alasannya ongkos penelitian umumnya cukup besar, cukup langsung, dan penuh tantangan. Namun tidak mahal, observasi juga dapat amat murah; dan murah sekali bila diukur dari pemanfaatan observasi baik dalam arti murni (pure) maupun dalma arti terapan (applied). Banyak proyek observasi yang dilaksanakan dengan ongkos ratusan juga rupiah, bahkan ada penelitian yang dilaksanakan dalam waktu yang sungguh lama. Namun juga tidak sedikit observasi dilakukan dengan biaya yang sungguh murah dengan batas waktu yang relative pendek.

Memang waktu ialah kebutuhan tersendiri dalam penelitian, hal ini tidak lain alasannya peneliti membutuhkan waktu yang cukup untuk menyelesaikan penelitiannya dengan saksama. Penelitian tidak dapat dilakukan dilakukan hanya dalam waktu satu hingga dua ahad, namun membutuhkan waktu relative lebih lama dari itu. Bahkan bertahun – tahun, berpuluh – puluh tahun, tergantung pada problem yang hendak diteliti. Bahkan waktu juga memilih rasionalisasi observasi tertentu dengan metode problem tertentu pula. Akumulasi uang dan waktu dalam setiap observasi senantiasa urgen untuk menghasilkan karya – karya penelitian yang hebat, selain itu keandalan hasil observasi juga dihasilkan oleh peneliti yang memiliki dedikasi karena peneliti adalah instrument penting dalma penelitian yang menguasai seluruh proses dan unsur observasi. Dedikasi dan sikap ilmiah penelitian itulah yang mengantarkannya terhadap ciri khas seorang ilmuwan. Sikap – perilaku dan pengabdian yang diperlukan tersebut adalah antara lain:

a. Objektif, nyata, yakni peneliti mesti memiliki perilaku objektif dan peneliti memulai pembicaraannya menurut fakta.

b. Open, fair, responsible, yaitu penelitian harus bersikap terbuka kepada banyak sekali saran, kritik, dan perbaikan dari berbagai kelompok. Begitu pula observasi mesti bersikap wajar, jujur dalam pekerjaannya, serta dapat mempertanggungjawabkan semua pekerjaan secara ilmiah.

c. Curious;Wanting to know, yaitu observasi mesti mempunyai perilaku ingin tahu tertama terhadap apa yang yang diteliti dan senantiasa haus akan pengetahuan – wawasan gres. Berarti bahwa penelitian yakni orang – orang yang peka terhadap gosip dan data.

d. Invective always, adalah peneliti harus mempunyai daya cipta, kreatif, dan senang kepada penemuan.

Selanjutnya peneliti selaku seorang ilmuwan, juga dituntut mempunyai kemampuan lain seperti:

a. Think, ciritically, systematically yakni peneliti yakni orang yang mempunyai pengetahuan, memiliki kesanggupan kritik, dan mampu berpikir sistematik.

b. Able to create, innovate, yaitu peneliti harus mempunyai kemampuan mencipta, alasannya harus senantiasa mendapatkan atau membuat inovasi – inovasi gres.

c. Communicate affectivity, yaitu peneliti harus mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dan menghipnotis pihak lain dengan komunikasi itu.

d. Able to identify and formulate dilema clearly, yakni mampu mengenal dan merumuskan persoalan dengan jelas.

e. View a duduk perkara in wider context, adalah peneliti mampu melihat suatu masalah dalam konteks yang luas alasannya suatu persoalan umumnya tidak berdiri sendiri.

Selain perilaku, dedikasi, dan kemampuan tersebut di atas, peneliti juga dituntut menguasai cabang ilmu pengetahuan yang ada keterkaitannya dengan permasalahan yang diteliti. Kebutuhan ini dicicipi utamanya bagi peneliti yang bekerja pada lembaga – lembaga penelitian dengan melayani keperluan observasi dari aneka macam kalangan atau disiplin ilmu. Kebutuhan sikap pengabdian selaku peneliti, tidak hanya dengan menyanggupi beberapa keperluan di atas, karena masih ada keperluan lain yang semestinya diperhatikan dalam observasi. Secara nyata faktor – faktor keperluan lain tersebut adalah selaku berikut:

1. Sikap, wawasan, serta pendangan peneliti kepada lingkungan masyarakat, para informan, responden, dan warga penduduk lainnya.

2. Memerhatikan perilaku dan persepsi informan, responden, serta warga masyarakat lain terhadap diri peneliti tergolong sikap dan persepsi peneliti asing dan peneliti berjenis kelamin lain.

3. Memerhatikan duduk perkara laba dan kesusahan peneltian tunggal jika daripada peneliti bersama dalam satu tim.

4. Memerhatikan duduk perkara pengembangan rapor yang masuk akal dalam wawancara serta kemampuan peneliti untuk mengenal dirinya.

5. Memerhatikan sikap para pegawai di pusat maupun di kawasan kepada peneliti dan proyek penelitiannya.

6. Memerhatikan problem pembiasaan persepsi etik dari para informan, responden, dan warga penduduk , dengan persepsi etik dari peneliti terhadap topik problem yang sedang diteliti.

Sikap dan pengabdian peneliti yang lain yang sering dilupakan orang, yaitu factor langsung peneliti dan interes langsung, kedua hal ini berhubungan dengan kredibilitas peneliti itu sendiri. Factor pribadi menyangkut sifat – sifat hereditas dan fiskal peneliti. Ada peneliti yang secara alamiah cerdas, tanggap, sensitive, mempunyai ketahanan badan yang tinggi, dan sebagainya.

Namun bagi peneliti lain, hal itu tidak dimilikinya. Faktor pribadi ini secara tidak eksklusif memengaruhi hasil – hasil observasi. Sehingga bisa jadi dua karya penelitian yang serupa objeknya, namun berlainan hasil penelitiannya karena peneliti dan kredibilitasnya berlainan pula. Makara dikala interview, wawancara, ataupun pengamatan, misalnya, peneliti yang sensitive pasti akan memperoleh data yang lebih banyak dan lengkap jikalau dibandingkan dengan peneliti yang tingkat sensivitas sosialnya rendah dan tidak responsive terhadpa metode – sistem tersebut.

Hal yang serupa juga terjadi pada interes langsung dalam setiap peneliti. Interes eksklusif umumnya banyak mendominasi setiap pekerjaan orang tergolong pula observasi. Namun di dalam penelitian, interes pribadi akan mensugesti objektivitas peneliti dikala menganggap hasil kerjanya sendiri. Untuk itu semua observasi selalu membutuhkan pribadi – eksklusif peneliti yang loyal dan berdedikasi kepada ilmu wawasan, dalam arti bahwa seseorang tidak akan melakukan penelitian kalau tidak bermaksud untuk memperkaya khazanah ilmu wawasan, bukan sekadar untuk memperkaya bahan dan untuk kepentingan duit, sehingga menyeretnya menjadi seorang tukang dan pekerja kasar dalam dunia ilmu wawasan.





Sumber: METODE PENELITIAN KUANTITATIF. Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si. (Hal 20 – 25)
LihatTutupKomentar