Teori Dalam Observasi Kualitatif

Semua observasi bersifat ilmiah, oleh karena itu semua penelitian mesti berbekal teori. Dalam observasi kuantitatif, teori yang digunakan mesti sudah jelas sebab teori disini akan berfungi untuk memperjelas persoalan yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan selaku rujukan untuk menyusun instrument penelitian. Oleh alasannya itu landasan teori dalam anjuran observasi kuantiatis mesti telah jelas teori apa yang akan dipakai.

Dalam observasi kualitatif, karena persoalan yang dibawa oleh peneliti masih bersifat sementara, maka teori yang dipakai dalam penyusunan usulan penelitian kualitatif juga masih bersifat sementara, dan akan meningkat sesudah peneliti memasuki lapangan atau konteks sosial. Dalam kaitannya dengan teori, jika dala observasi kuantitatif itu bersifat menguji hipotesis atau teori, sedangkan dalam observasi kualitatif bersifat memperoleh teori.

Dalam penelitian kuantitatif jumlah teori yang digunakan sesuai dengan jumlah variable yang diteliti, sedangkan dalam observasi kualitatif yang bersifat holistic, jumlah teori yang harus dimiliki oleh peneliti kualitatif jauh lebih banyak alasannya adalah mesti disesuaikan dengan fenomena yang meningkat dilapangan. Peneliti kualitatif akan lebih profesional jikalau menguasai teori sehingga wawancara akan menjadi lebih luas, dan dapat menjadi instrument observasi yang bagus. Teori bagi peneliti kualitatif akan berfungsi selaku bekal untuk mampu mengetahui konteks sosial secara lebih luas dan mendalam. Walaupun peneliti kualitatif dituntut untuk menguasai teori yang luas dan mendalam, namun dalam melakukan penelitian kualitatif, peneliti kualitatif mesti mampu melepaskan teori yang dimiliki tersebut dan tidak dipakai selaku tutorial untuk wawancara, dan pengamatan. Penelitian kualitatif ditntut dapat menggali data menurut apa yang diucapkan, dirasakan, dan dilakukan oleh partisipan atau sumber data. Penelitian kualitatif harus bersifat “perspektif emic” artinya menemukan data bukan “sebagai mana harusnya”, bukan berdasarkan apa yang difikirkan oleh peneliti, tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan, yang dialami, diraakan, dan difikirkan oleh partisipan/sumber data.

Oleh sebab itu penelitian kualitatif jauh lebih sukar dari penelitian kuantitatif, sebab penelitian kualitatif mesti berbekal teori yang luas sehingga bisa menjadi “human instrument” yang bagus. Dalam hal ini Borg and Gall 1988 menyatakan bahwa “Qualitative research is much more difficult to do well than quantitative research because the data collected are usually subjective and the main measurement tool for collecting data is the investigatorhimself”. Penelitian kualitatif lebih susah kalau dibandingan dengan observasi kuantitatif, alasannya adalah data yang terkumpul bersifat subjectif dan instrument sebagai alat pengumpul data ialah peneliti itu sendiri.

Untuk dapat menjadi instrument observasi yang bagus, peneliti kualitatif dituntut untuk mempunyai wawasan yang luas, baik wawasan teoritis maupun pengetahuan yang terkait dengan konteks sosial yang diteliti yang berupa nilai, budaya, akidah, hokum adat istiadat yang terjadi dan berkembang pada konteks sosial tersebut. Bila peneliti tidak memiliki wawasan yang luas, maka peneliti akan sulit membuka pertanyaan kepada sumber data, susah mengetahui apa yang terjadi, tidak akan mampu melakukan analisis secara induktif kepada data yang diperoleh. Sebagai contoh data ihwal kesehatan, alasannya untuk bertanya pada bidang kesehatan saja akan mengalami kesusahan. Demikian juga penelitian yang berlatar belakang pendidikan, akan susah untuk bertanya dan memahami bidang antropologi.

Penelitian kuantitaif dituntut mampu mengorganisaikan semua teori yang dibaca. Landasan teori yang dituliskan dalam usulan penelitian lebih berfungsi untuk memperlihatkan seberapa jauh peneliti mempunyai teori dan memahami masalah yang diteliti walaupun masih permasalahan terebut bersifat sementara itu. Oleh karena itu landasan teori yang dikemukakan tidak merupakan harga mati, namun bersifat sementara. Peneliti kualitatif justru dituntut untuk melaksanakan grounded research, adalah menemukan teori menurut data yang diperoleh di lapangan atau suasana sosial.





Sumber: Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. (Hal. 213 – 214)
LihatTutupKomentar