Representasi Dari Disposisi Dan Imbas Toksik Dari Toksikan


kontak eksklusif dengan materi toksik lewat kuliner, minuman dan udara yang dihirup. Absorpsi bahan toksik oleh terusan pencernaan, susukan pernapasan, dan kulit tergantung dari sifat fisik dan kimia materi toksik tersebut. Dengan kemampuannya, tubuh bisa melaksanakan proses biotransformasi dan ekskresi materi toksikan lewat urine, fases dan udara pernapasan. Dengan demikian kalau kegiatan peresapan lebih besar ketimbang aktivitas eliminasi maka materi toksik akan terakumulasi pada organ kritis dari badan dan efek toksik akan nampak.

Bahan toksik akan memproduksi racun yang mau memberian imbas farmakologis, patologis, maupun genotoksik pada DNA. Efek farmakologis dari toksisitass mirip pengutamaan pada tata cara saraf puat (central neivous system) balasan keracunan barbiturat. Efe patologis berbentukkerusakan ginjal balasan keracunan merkuri dan imbas genotoksik ditunjukkan dengan terjadinya kanker yang disebabkan oleh gas mustard. Secara lazim jika kadar bahan toksik dalam jaringan tidak melampaui titik kritis (critical level) maka efeknya yakni reversibel. Efek farmakologis umumnya dapat kembali normal jika penurunan materi toksik pada jaringan alasannya proses ekskrei. Efek patologis dan genotoksik mampu mengalami perbaikan dan jika imbas farmakologis dan patologis sangat parah maka mampu terjadinya maut. Apabila kerusakan DNA tidak dapat diperbaiki maka akan terjadi kanker dalam waktu yang cukup lama (imbas kronis). Periksa gambar dibawah:



Bahan kimia (toksikan) dari lingkungan, masuk ke dalam darah melalui kanal pernafasan, terusan pencernaan dan kulit. Toksikan tersebut akan mengalami ekskresi, biotransformasi, memberian efek patologi, efek farmakologi dan merusak deoxyribo nucleic acid (DNA). Bahan toksikan yang masuk ke dalam proses biotransformasi akan mengalami detoksifikasi dan masuk ke dalam proses biotransformasi akan mengalami detoksifikasi dan aktifasi. Masing-masing aktifitas seperti detoksifikasi akan menciptakan metabolit yang non toksik dan aktifisi menciptakan metabolit yang toksik. Selanjutnya metabolit non toksik akan mengalami ekskresi dan metabolit toksik akan memberikan imbas farmakologi, patologi dan menghancurkan DNA.







Sumber: Mukono H. J. (2005). Toksikologi lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press. (Hal. 26-27)
LihatTutupKomentar