Perbedaan Skala Dan Angket

Meskipun dalam penggunaan sehari – hari banyak praktisi pengukuran maupun peneliti yang menyamakan saja istilah Angket dengan ungkapan Skala tetapi perlu diterangkan bahwa seabgai sesame alat pengumpulan data kedua instrument pengukuran tersebut sebenarnya memiliki fungsi berlainan. Perbedaan tersebut antara lain adalah: 


  1. Data yang diungkap oleh angket berbentukdata factual atau yang dianggap fakta dan kebenarannya yang diketahui oleh subyek, sedangkan data yang diungkap oleh skala psikologi yaitu deskripsi tentang faktor kepribadian individu. Data perihal Riwayat Pendidikan, Jumlah Anggota Keluarga, Pilihan Metode KB, Penghasilan Rata – rata Perbulan, Jenis Film yang Disukai, Opini atau Pendapat suatu isyu, dan semacamnya merupakan data yang mampu diungkap oleh angket. Data tentang Tendensi Agresivitas, Sikap terhadap sesuatu, Self estreem, Motivasi, Strategi Menghadapi Masalah, dan semacamnya adalah acuan data yang mesti diungkap oleh skala psikologi.
  2. Pertanyaan dalam angket berbentukpertanyaan eksklusif terarah terhadap informasi mengenai data yang hendaknya diungkap. Data termaksud berbentukfakta atau opini yang menyangkut diri responden. Asumsi dasar penggunaan angket ialah bahwa responden merupakan orang yang paling mengenali tentang dirinya sendiri. “Sejak kapankah anda berhenti merokok?” merupakan pola pertanyaan dalam angket. Aitem pada skala psikologi berbentukpenerjemahan dari indikator keperilakuan guna memancing jawaban yang tidak secara eksklusif menggambarkan kondisi diri subjek, yang umumnya tidak disadari oleh responden yang bersangkutan. Pertanyaan yang diajukan memang dirancang untuk menghimpun sebanyak mungkin indikasi dari aspek keperilakuan yang akan diungkap. Pertanyaan mirip “Apakah yang mau anda lakukan jika tiba – tiba disapa oleh seseorang yang tidak anda kenal?” menjadi acuan aitem pada skala psikologi.
  3. Responden terhadap angket tahu persis mengenai apa yang ditanyakan dalam angket dan isu apa yang dicari oleh pertanyaan yang bersangkutan. Responden kepada skala psikologi, sekalipun sungguh mengetahui isi pertanyaannya, tetapi tidak menyadari arah balasan yang dikehendaki dan kesimpulan apa yang bantu-membantu diungkap oleh pertanyaan tersebut.
  4. Respon yang diberikan subjek terhadap angket tidak dapat diberi skor (dalam arti harga atau nilai balasan) melainkah diberi angka coding selaku indikasi atau pembagian terstruktur mengenai balasan. Respon kepada skala psikologi diberi skor lewat proses penskalaan (scaling).
  5. Satu perangkat angket dirancang untuk mengungkap data dan berita perihal banyak hal, sedangkan satu perangkat skala psikologi dirancang hanya untuk mengungkap satu tujuan ukuran saja (unidimensional).
  6. Karakteristik yang disebutkan pada poin 2 dan poin 4 menjadikan data hasil angket tidak butuhdiuji lagi reliabilitasnya secara psikometrik. Relibilitas hasil angket tergantung pada terpenuhinya perkiraan bahwa responden akan menjawab dengan jujur seperti apa adanya. Pada segi lain, hasil ukur skala psikologi mesti tinggi reliabilitasnya secara psikometrik dikarenakan relevansi isi dan konteks kalimat yang digunakan selaku stimulus pada skala psikologi lebih terbuka terhadap banyak sekali sumber error.
  7. Validitas angket lebih ditentukan oleh kejelasan tujuan dan kelengkapan berita yang hendak diungkapnya sedangkan validitas skala psikologi diputuskan oleh ketepatan operasionalisasi konstrak psikologi yang mau diukur menjadi indicator keperilakuan dan aitem – aitemnya.
  8. Jelaslah bahwa beberapa perbedaan pokok antara skala psikologi dan angket ini mengakibatkan pula perbedaan dalam cara penyusunan, cara pengujian mutu, cara pengujian mutu, cara penggunaan, dan cara interprestasi kesannya.




Sumber: PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGI. Edisi 2. Saifuddin Azwar. (Hal 7 – 10) 

LihatTutupKomentar